Sosok itu melangkah maju, dan Rina tertegun saat mengenali wajahnya. "Adikku!" serunya.
Adiknya, Dinda, terlihat kotor dan lelah, tetapi ada kilatan keberanian di matanya. "Kak! Tio!" serunya, berlari menghampiri mereka.
Rina berlari memeluk Dinda. "Aku khawatir padamu! Di mana kamu selama ini?"
Dinda tampak bingung, "Aku... aku tidak tahu. Setelah berkeliling, aku terjebak di sini. Ada sesuatu yang menghalangiku untuk keluar."
Tio segera bertanya, "Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa terjebak di sini?"
Dinda menggeleng. "Aku hanya mengikuti suara yang memanggilku. Rasanya seperti ada yang memanggilku ke dalam hutan ini."
Rina merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Kita harus pergi dari sini. Ini bukan tempat yang aman."
Namun, saat mereka berusaha pergi, tiba-tiba suasana berubah. Angin berhembus kencang, dan suara gemuruh terdengar di kejauhan. Rina merasakan ketegangan di udara. "Ada sesuatu yang salah," katanya.
Tio menggenggam tangan Rina dan Dinda, "Ikuti aku, kita harus cepat keluar dari sini."
Mereka berlari, tetapi hutan seolah menahan mereka. Rina merasa seolah ada yang menariknya kembali. "Ayo, jangan berhenti!" teriak Tio, berusaha memacu mereka untuk terus bergerak.
Saat mereka berlari, suara aneh bergema di antara pepohonan. "Tinggalkan tempat ini... tinggalkan tempat ini..." suara itu berbisik, seolah mencoba membujuk mereka untuk berhenti.