Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mumpung

24 Oktober 2022   07:40 Diperbarui: 24 Oktober 2022   07:51 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Via limbung. Suara itu menggema sekali lagi. Terdengar lagi dan lagi. Makin peliklah pikirannya. Kemantapan yang sudah ia siapkan untuk menyuratkan niatnya, kini mengabur.

"Aaa ... aaa ... ," ia berteriak lalu air mata membuncah di ujung matanya. Melelah bak es yang tersiram panasnya matahari. Ia berteriak lagi dan berteriak lagi. Kesumpekannya menjadi-jadi.

            "Jangan egois!" bentak ibunya.

Ia hanya diam. Air mata masih mengalir jernih di ujung matanya. Kesedihannya kian bertambah, sebab tidak satu pun kata keluar dari mulut ibunya sekedar pemahamaan atas yang terjadi. Pergolakan kian menjadi. Dunia tidak menerima keputusan yang ia mau.

            "Sekali saja, pahami perasaanku, Bu!" isaknya.

            "Sudah. Aku sudah pahami. Ini yang terbaik buatmu!"

            "Tidak, Bu! Ini neraka untukku!"

            "Mana surgamu? Mana?" suara ibunya makin meninggi. Ia tahu itu, ia tak pernah dipahami sekalipun beribu-ribu alasan ia berikan.

           

            Mumpung masih senja, sebelum malam bertahta

            Lepaskan belenggumu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun