Ia beranjak dari tempatnya berdiri, menuju kamar untuk sekedar merenung diri. Setetes air mata mulai turun. Sesak tak tertahan lagi. Serasa mulutnya kelu untuk sekedar mengatakan tidak akan situasi yang kian memberatkan.
Mumpung masih siang, sebelum senja merambat turun
Bebaskan dirimu
Kepaklah sayapmu menuju cakrawala
Sampai di sana goreskan harapanmu
      "Aku cinta kau, Vi," katanya.
Ia hanya diam, memandang malam yang memekat. Bulan memancar, membiaskan wajahnya yang kaku dalam perihnya. Pikirannya jauh melayang, melayang ke  cerita cinta yang menjanjikan, menurutnya, bukan menurut dunia.
      "Aku cinta kau, Vi," katanya lagi.
      Ia kemudian duduk. Duduk menanti jawaban dari ia yang ia cintai.
      "Jangan mencintai bunga yang terluka, Stiv," katanya.
      Ia kemudian berdiri. Duduk di sampingnya yang sedari tadi menunggu di luar.