Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

High Telepathy Terror

16 Oktober 2018   08:39 Diperbarui: 22 Oktober 2018   15:11 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hati-hati hidup di kota metropolitan seperti Jakarta. Jangan mudah percaya dengan orang yang baru dikenal."

Sekarang semua telah terlanjur. Rasa sesal tidak pernah di depan.

"Marisa, jangan menangis. Hapus air matamu. Kamu sudah tidak perawan lagi. Tidak ada laki-laki yang mau dengan perempuan murahan sepertimu. Ahkiri saja hidupmu. Pergilah ke dapur dan ambil pisau dan putuskan urat nadimu."

Suara itu terdengar sangat jelas di telinga Marisa.  "Ayo Maria lakukan...Lakukan...Lakukan Sekarang juga mumpung tidak ada orang."  

Suara itu datang lagi dan begitu mempengarui pikirannya.

Ia melangkah ke dapur dan mencari pisau. Diambilnya pisau itu dari rak piring ditempelkanya di pergelangan tangannya. Sekali seset urat nadi itu pasti putus dan darah menguras dari tubuhnya.

"Ayo Marisa jangan ragu tempelkan pisau itu dan tariklah" kata-kata itu sekali lagi mempengaruhinya.

"Marisa anakku, jangan lakukan itu sayang. Ingat, ingat anakku tidak ada suatu masalah yang tidak bisa diselesaikan. Sadarlah Marisa!"      

Bisikan Ibunya terdengar mengingatkan. Dua bisikan saling mempengaruhi. Kali ini bisikan Ibunya cukup kuat. Untuk kedua kalinya ia mengucap istighfar dan mengusap wajahnya.            

Waktu di jam dinding kamar tengah menunjukkan pukul 21. 05.

Ada pesan di whatsapp Marisa masuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun