Namun ketika Erni naik kelas dua, Ki Darsam terus mendatangi ayah Erni. Bahkan ia tidak segan-segan memberikan uang kepada orang tua itu. Lambat laun, orang tua Erni merasa tidak enak hati menerima uang terus dari Ki Darsam. Akhirnya ia bilang ke Erni agar ikut Ki Darsam menjadi penari sintren.
Erni tentu tidak menerima putusan orang tuanya itu. Tapi orang tuanya mengatakan bahwa mereka sudah tidak sanggup lagi membiayai sekolahnya. Sebagai gadis kecil, ia pun akhirnya menuruti keputusan orang tuanya menjadi penari sintren. Â
Erni hari-harinya diisi dengan pertunjukan sintren ke berbagai daerah. Ia bersama dengan kelompok sintrennya pindah dari satu daerah ke daerah lainnya untuk mementaskan tarian sintren. Â
Suatu sore, ayah Erni memanggilnya. "Nok, kamu sekarang sudah besar. Penghasilan dari sintren tidak seberapa. Apa kamu tidak mau menikah?"
Tanya Bapaknya berhati-hati.
"Belum kepingin Pak."
"Kalau ada yang mau, kamu mau Nok?"
Sesaat suasana hening. Hanya ada suara napas memburu yang terdengar.
Erni menarik napas dalam-dalam.
"Saya masih ingin bermain sintren Pak".
Terngiang di telinganya nyanyian sintren.