Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mencoba Mengetahui Apa Itu Konsep Pembangunan "Model Tiongkok"

6 November 2019   12:31 Diperbarui: 6 November 2019   20:23 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gorbachev merupakan pemimpin Soviet yang sangat terbuka atas kebebasan berpendapat dan berserikat. Kebijakan jelas sangat berbeda dengan pendahulu. Kebijakannya ini pada akhirnya membuat Uni Soviet runtuh.

"Reformasi politik yang ambisius luar biasa" tetapi ekonomi telah runtuh dan kewibawaannya juga runtuh, karena itu reformasinya tidak berhasil.

Model Reformasi Konservatif (Conservative Reform Model)

Model lain adalah Model Reformasi Konservatif (Conservative Reform Model) yang dicirikan politik dan ekonomi yang

berpegang pada sistem asli dan ekonomi terencana.

Lalu ada beberapa penyesuaian pasar yang terbatas, maka fitur terbesar dari negara-negara ini adalah mereka sangat takut terhadap globalisasi ekonomi pasar. Salah satu pengamatan peneliti adalah Kuba pada masa Castro yang merupakan kasus klasik.

Kuba pada saat itu telah mempratikkan sistem tiket yang ketat dalam pembelian sembako melebihi yang dilakukan Tiongkok sebelum reformasi dan keterbukaan. Bahkan tepung, beras, daging babi, telur, minyak goreng, dan bahkan gula yang diproduksi di Kuba dipasok dengan sistem jatah pasokan tiket, sistem penjatahan perkotaan.

Menurut penelitian para peneliti saat itu, sanksi AS hanya salah satu sebab dari keadaan ini bukan penyebab utama. Misalnya gula Kuba adalah penghasil besar komoditas ini, jadi sebenar adanya masalah dalam kebijakan tersebut. Harga gula terlalu rendah, petani gula tidak termotivasi, dan perusahaan dan badan usaha tidak memiliki kebabasan dan kedaulatan, tidak ada otonomi dalam mengimpor apa pun.

Pada waktu itu, Kuba melakukan beberapa reformasi dengan regulasi pasar, seperti mengizinkan individu berwiraswasta dan pedagang kecil untuk melakukan bisnis kecil, tetapi begitu apa yang disebut "spekulasi" muncul, maka pemerintah mulai gelisah dan terlibat dalam "gerakan korektif". Hasilnya adalah ekonomi kehilangan vitalitasnya.

Namun menurut kebenaran dari fakta bahwa Kuba tidak semuanya kekurangan, seperti sistem pasokannya kurang-lebih menjamin standar hidup dasar warga negaranya. Ini dihitung sesuai dengan kebutuhan gizi orang sesuai dengan kebutuhan kalori mereka.

Sehingga meskipun Kuba adalah negara berkembang, namun tidak terlihat rakyatnya kekurangan gizi karena mereka menjaga standar dasarnya. Dan tidak seperti negara berkembangan lain, yang mana kita masih dapat melihat banyak orang yang kekurangan gizi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun