Menurut cendekiawan Indonesia Ignatius Wibowo, "Model China jelas telah memperoleh tempat di Asia Tenggara" karena negara-negara di sini "telah mengubah strategi pembangunan mereka dari yang didasarkan pada pasar bebas dan demokrasi ke yang didasarkan pada pasar semi-bebas dan sistem politik yang tidak liberal. Di bawah Xi Jinping, Tiongkok telah menjadi peserta aktif: meluncurkan Sabuk dan Road Initiative (BRI), meningkatkan bantuan asing dan investasi di seluruh dunia, dan dengan memberikan pelatihan dalam manajemen ekonomi dan berbagai keterampilan layanan sipil untuk lebih dari 10.000 birokrat dari negara berkembang lainnya. Pelatihan ini mencakup sesi di mana keberhasilan Tiongkok dalam meningkatkan standar hidup dipromosikan.
Deng Xiaoping dalam keseluruhan proses pada thaun 1980an sudah banyak sekali menyebutkan dan menekankan tentang "Model Tiongkok", sedang Ramo baru pada tahun 2004 mengusulkan "Konsensus Beijing" , maka pakar Tiongkok percaya bahwa "Model Tiongkok/China Model" merupakan konsep kekuatan lunak penting yang digagas Deng Xiaoping.
Maka penemuan konsep kunci untuk peningkatan pesat Tiongkok diberikan kepada orang asing. Pakar Tiongkok merasa itu tidak sejalan dengan kepentingan politik Tiongkok sendiri. Ini adalah kesalahpahaman pertama.
Kemudian kesalahpahaman kedua adalah bahwa kata "model" berarti "patern" dan "peragaan". Mereka mengatakan: Kita tidak bisa memaksakan model kita sendiri pada orang-orang lain, jadi kita masih tidak membutuhkan "model Tiongkok" juga. Pemahaman kita tentang "model Tiongkok" mengacu pada serangkaian praktik, pengalaman, dan pengaturan kelembagaan Tiongkok sendiri.
Namun batahan dari yang sepakat menunjukkan: Tiongkok selama 40 tahunan terakhir reformasi kata "model" sudah sering kali dipakai. Seperti dibukanya tempat-tempat (zone) ekonomi khusus "Model Sunan (Provinsi Jiangsu Selatan)", "Model Pudong", "Model Shenzhen" "Model Wenzhou" dll. Tempat-tempat ini dibuka sebagai pusat-pusat ekonomi khusus, agar orang Tiongkok dapat belajar darinya. Maka dengan mengemukakan ini kesalah-pahaman bisa ditepis.
Kemudian kesalahpahaman ketiga adalah untuk menekankan bahwa "model Tiongkok" belum sepenuhnya berhasil, dan belum selesai. Jadi masih terlalu dini untuk berbicara tentang "model Tiongkok."
Bantahan: Faktanya, walaupun "Model Tiongkok" ini masih memiliki kekurangannya sendiri, model tersebut telah mencapai hasil dimana negara-negara lain di dunia yang pencapaiannya tidak dapat diprediksi secara terus-menerus, peningkatan standar kehidupan masyarakat yang cepat, dan peningkatan pesat seluruh negara. Karena itu, "model Tiongkok" yang telah mengguncang dunia. Jadi model yang telah terbentuk ini dapatlah disebut sebagai Model.
Hal ini bisa kita bahas, model pembangunan negara mana pun dilakukan dalam ruang dan waktu tertentu, dan ia berkembang dalam arti tertentu. Jika model ini sepenuhnya distereotipkan dan tidak digunakan untuk saat itu, maka khawatir model ini berarti mulai menurun.
Dari sudut pandang ini, kita dapat memahami model Barat saat ini. Mereka pikir sudah menjadi stereotip yang terbaik yang dapat mengatasi segala persoalan, akibatnya hasilnya terus menurun.
"Model Tongkok" pada dasarnya adalah model terbuka, model yang terus menerus untuk peningkatan diri, model yang mengikuti perkembangan zaman, dan fitur-fitur utama yang secara diyakini telah terbentuk. Dan fitur-fitur ini akan terus memandu Tiongkok lebih lanjut.
Bagaimana Deng Xiaoping Sebagai Pemimpin Utama Reformasi Keterbukaan Membahas "Model Tiongkok"?