Kita baru-baru ini bisa melihat bahwa Gedung Putih benar-benar belum aman sama sekali, karena Gedung Putih penuh dengan kobocoran. Banyak informasi, termasuk hubungan tilpon Trump dengan PM Australia Malcom Trunball dibocorkan, ini bukan seharusnya yang harus keluar.
Anggota staf dan pekerja yang awalnya mendukung Obama dan sekarang beroposisi terhadap Trump. Mereka ini benar-benar masih merasa tidak nyaman, dan membocorkan beberapa informasi hal-hal kecil. Kali ini, mereka membocorkan ke Washington Post. Kemungkinan kebocoran ini terjadi dengan cara demikian.
Trump mengatakan bahwa badan intelijen yang membocorkan informasi, tapi bagaimana mereka bisa tahu? Kalau bukan karena ada kebocoroan dari Gedung Putih.
Menurut data survei yang dirilis pada 17 Pebruari oleh lembaga survei AS, Presiden Trump rating kepercayaannya mencapai rekor terendah 40% di bulan pertama. Ini menjadi rata-rata 21% lebih rendah dari rating kepercayaan presiden lainnya pada bulan pertama jabatan mereka. Bahkan lebih rendah dari Bill Clinton yang sebelumnya telah dinyatakan terendah. Pendahulunya Barack Obama memiliki rating 64% selama bulan pertama. Jika tren penurunan ini terus terjadi, dikhawatirkan insiden Flynn akan menyebabkan “Water gate” versi Trump akan terjadi.
Insiden Flynn telah menggemparkan media mainstream AS terhadap Rusia saat ini. Sebelum Trump menjabat resmi dia terus menyatakan akan meningkatkan hubungan AS-Rusia, tapi pada akhirnya hal ini tidak akan terjadi kenyataan. Dengan banyaknya tekanan, sikap pemerintahan Trump terhadap Rusia akan berubah.
Pada 16 Pebruari, Menlu AS yang baru Rex Tillerson menghadiri pertemuan para Menlu G20 di Bonn, Jerman, yang menjadi diplomatik “perdana.” Dalam acara ini, pertemuannya dengan Menlu Rusia – Sergey Lavrov telah menjadi perhatian dunia.
Sergey Lavrov dalam pertemuan ini mengatakan: “Terima kasih Pak Menlu untuk kesempatan ini, hingga saya bisa bertemu Anda untuk pertama kalinya sejak Anda menjabat. Saya ingin mengucapkan selamat kepada Anda sebagai Menlu.”
Ketika media dipersilahkan untuk keluar untuk pertemuan ini, pertanyaan salah satu journalis yang coba “memancing” Lavrov, tetapi ia masih bisa mengelak untuk tidak terpancing. Journalis itu menanyakan: “Mr. Lavrov, apakah Anda tidak khawatir dengan gejolak dalam pemerintahan di Washington? Apakah Anda khawatir itu akan mempengaruhi hubungan AS-Rusia?”
Lavrov menjawab: “Anda harus tahu, kita tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.”
Setelah pertemuan itu, Lavrov mengatakan kepada wartawan bahwa ia dan Tillerson membahas isu di Syria dan Afganisan, serta Ukraina, dan ia merasa diskusi mereka praktis dan realistik. Dan ia telah menyatakan sikap negara mereka untuk banyak hal, dan terutama telah mencapai konsensus untuk masalah kontraterroisme.
Tapi Lavrov mengakui bahwa konflik antara Rusia dan AS tidak bisa semua diselesaikan, tapi cukup memuaskan bahwa mereka telah menemukan pijakan kepentingan bersama di semua sektor, dan mereka masing-masing akan memainkan peran mereka di panggung internasional.