Duterte menyatakan, Pasukan khusus ini harus pergi. Mereka harus pergi dari Mindanao—ada banyak orang kulit putih disana, mereka harus pergi. Saya akan mengevaluasi kembali kebijakan luar negeri kita, saya tidak bisa mengatakan itu sebelumnya untuk menghormati. Saya tidak ingin keretakkan dengan Amerika, tetapi mereka harus pergi. Ketika mereka melihat tentara AS, konflik akan memburuk, dan itu akan lebih berdarah.
Pada 12 September Duterte sekali lagi membuat pernyataan yang menakjubkan melawan AS. Dia mengatakan semua pasukan khusus AS yang ditempatkan di Mindanao, pulau Filipina Selatan harus pergi, karena kemungkinan akan diserang oleh warga sipil.
Pernyataan Duterte ini membuat beberapa orang berpikir tentang kesepakatan yang baru dicapai antara AS dan pemerintah Aquino III Maret 2016 lalu, yang memungkinkan AS untuk menggunakan lima pangkalan militer di Filipina.
Pada saat itu, Wakil dari Asisten Menhan AS Untuk Asia Selatan dan Tenggara, Amy Seright dengan penuh semangat mengatakan bahwa Filipina adalah “sekutu paling penting” AS, dan hubungan AS-Filipina belum pernah begitu tegas sebelumnya seperti sekarang.
Namun dengan sekejap, enam bulan kemudian, pernyataan dari presiden baru harus diragukan lagi dugaan tentang apakah perjanjian ini bisa terus eksis? Karena bagaimanpun, di awal 1990an AS pernah mengalami dipaksa dengan sedih untuk menarik diri dari pangkalan militer di Filipina.
Karena itulah Duterte memberi “Eviction Notice” (Pemberitahuan Penggusuran) kepada militer AS di Mindanao, meskipun dua kementrian Dephan dan Kemnlu AS terlihat “santai” dengan mengatakan belum menerima permintaan resmi untuk menarik pasukannya, “tapi media AS meledak.”
“Wall Street Journal” mengungkapkan bahwa pemerintah Obama “sangat terkejut” dengan serial komentar Duterte, dan memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Opini publik AS telah tercermin pada bulan April tahun ini, jet tempur militer AS, A-10 baru ditempatkan di Pangkalan Udara Clark dan terbang di sekitar Pulau Huangyan. Pada bulan Juni, EA-18G Growler juga tiba di Filipina. Jika dipaksa untuk ditarik dari Filipina, ini niscaya “hasil” yang dicapai selama pemerintahan Aquino III akan sirna, dan mungkin juga menyebabkan reaksi berantai di seluruh Asia Tenggara, sehingga negara-negara lain mungkin secara bertahap menjauhkan diri dari AS untuk Isu-isu Laut Tiongkok Selatan.
Secara luas dilaporkan “eviction notice” Duterte ini akan menghancurkan aliansi AS-Filipina.
Analis dan pengamat pikir Duterte mengeluarkan pernyataan pengusiran ke pasukan khusus AS di Mondanao, mungkin hanya interpretasi media. Tapi mereka anggap itu memang berharap militer AS meninggalkan Mindanao dengan alasan untuk melindungi militer AS. Karena reputasi militer AS di Filipina Selatan Pulau Mindanao sangat parah, AS telah melakukan pemerintahan kolonial selama hampir 50 tahun.
Duterte Membuat Nervous AS di KTT ASEAN, Laos