Tampaknya AS telah menyadari segera setelah Duterte muncul yang memiliki rasa kebanggaan nasionalisme kuat. Segera Duterte setelah berkantor, dia bergegas untuk menunjukkan tekadnya untuk membuat aliansi AS-Filipina untuk melayani kepentingan nasional Filipina.
Karena itu, ketika menyangkut isu kehadiran militer, AS harus menaikkan nilai-nilainya diatas pihak lain agar tidak merobek bagian hubungan ini. Duterte merasa sudah tepat memperingatkan AS untuk menaikkan harganya, sehingga benar-benar bisa mengubah kebijakan yang tadinya hanya sepihak pro-Amerika saja dari pemerintahan terdahulu dengan tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Inilah rupanya yang menjadi sikap sesungguhnya dari Duterte terhadap AS. Tak dapat dipungkiri hanya dengan move semacam ini jika ingin memaksimalkan hubungan AS-Filipina untuk kepentingan nasional Filipina.
Duterte mengatakan: “Kita memiliki perjanjian dengan Barat, tapi saya ingin semua orang tahu bahwa kita akan menentukan arah kita sendiri, dan tidak mau tergantung pada Amerika. Dan ini akan menjadi garis dengan maksud untuk tidak menyenangkan siapa pun kecuali kepentingan Filipina.”
Jika Duterte menarik kembali “Eviction Notice” semata-mata untuk membuat AS menyadari bahwa Filipina menginginkan ikut share manfaat untuk dirinya dalam aliansi AS-Filipina di masa depan, maka penolakannya untuk melakukan patroli bersama dengan AS di Laut Tiongkok Selatan, juga berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional Filipina. Ini menjadi pesan kuat untuk mengatakan “Tidak” kepada AS.
Dengan pesan “Tidak” ditambahkan dalam variabel untuk pengaturan Asia-Pasifik yang telah direncanakan, ini menimbulkan riak –riak yang menggemparkan untuk situasi Laut Tiongkok Selatan. Tampaknya seluruh kawasan Asia-Pasifik ke depan akan memasuki persimpangan jalan baru.
Pada tanggal 13 Septem 2016, ketika Duterte menghadiri upacara akselerator untuk Angkatan Udara Filipina di Manila, dalam pidatonya sekali lagi dikemukakan kesakitannya terhadap AS. Duterte mengatakan : “jadi masalah yang kita hadapi (di dalam negeri Filipina) adalah pemberontakan dan terorisme. Kita tidak akan bergabung dengan keputusan untuk ekspedisi atau patroli, saya tidak akan membiarkan hal itu, karena saya tidak ingin negara saya untuk terlibat dalam operasi permusuhan.”
Lebih lanjut dikatakan, Filipina saat ini membutuhkan senjata dan peralatan militer untuk memenangkan kerusuhan domestik. Karena itu, dia tidak ingin Filipina untuk mengambil bagian dalam setiap sengketa internasional yang dapat menyebabkan perang atau patroli maritim.
Duterte juga menekankan bahwa meskipun Filipina tidak akan memutuskan hubungan dengan sekutu-sekutunya, tapi akan menerapkan kebijakan luar negeri yang independen.
Sebelumnya pada bulan April tahun ini, Menhan AS, Ashton Carter selama kunjungannya di Filipina secara terbuka mengumumkan: “Angkatan Laut AS dan Filipina telah melakukan patroli bersama di Laut Tiongkok Selatan.”
Tapi pernyataan Duterte pada 13 September lalu, tidak diragukan lagi menandakan untuk patroli bersama di Laut Tiongkok Selatan, pemerintah baru Filipina bukan tipuan tapi nyata menolak melakukan patroli bersama.