Baru-baru ini, ketika diwawancarai oleh seorang wartawan luar seorang senator Filipina mengungkapkan bahwa dendam Duterte melawan AS dimulai ketika terjadi ledakan beberapa tahun lalu di Davao, dan saat itu Kedutaan AS di Filipina mengambil tersangka pergi tanpa izin dari Duterte. Keluhan kedongkolan ini yang menjadi Duterte ketika menjadi walikota Davao.
Pada tahun 2002 terjadi serangkain pemboman di kota kelahiran Duterte, yang diperkirakan dilakukan pemerintah pusat (Manila) dengan kemungkinan motif menciptakan kekacauan agar pemerintah pusat bisa dan beralasan untuk memproklamirkan keadaan daruat militer di Mindanao untuk memerangi MILF. Pemboman Davao 2002 menjadi dasar dari keterasingan Duterte dari AS dan dasar resistensi dari latihan militer bersama AS-Filipina di Mindanao. Akhir-akhir ini ketika sebagai presiden.
Selain itu, meskipun belum mendapat banyak liputan di AS, pada 2 September lalu, bom lain meledak di sebuah pasar Davao, menewaskan 4 orang. Diduga yang menjadi bagian dari plot pembunuhan terhadap Duterte, yang sedang berada di kota pada waktu itu, dan Partai Komunis Filipina/CPP (yang juga terlibat dalam pembicaraan damai dengan Duterte) menuduh AS berada di balik itu.
CPP (the Communist Party of the Philippines) yang mengklaim pemboman dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf, sebagai asset CIA. Abu Sayyaf adalah kelompok pejuang Islam atau bandit yang terbentuk dari ampas atau sisa perekrutan AS dari Muslim Filipina untuk memerangi Uni Soviet di Afganistan (Philippine Muslims to fight the Soviets in Afghanistan). Ketika pejuang ini pulang, mereka tampaknya terdaftar dan dipersenjatai sebagai asset CIA, disangkal pemerintah pusat dalam perang melawan MILF. Duterte telah bersumpah untuk menghancurkannya. (kelompok ini yang beberapa kali menculik WNI dan menuntut tebusan uang).
Jadi tidak heran jika dari mulut Duterte keluar umpatan terhadap Obama yang mau mengangkat permasalahan HAM dalam perang melawan narkoba. Yang mengatakan “ jika presiden Obama menghadapi saya, anak seorang xxx, saya akan katakan padanya....”
Pada pertemuan ASEAN di Laos, Duterte rupanya mencoba untuk menjelaskan akar kemarahan yang membuat dia dongkol dan timbul “cercaan dan omelan yang menyimpang” sebagai pelampiasan. melalui AFP.
“Presiden Filipina menunjukkan foto-foto pembunuhan yang dilakukan tentara Amerika di masa lalu dan dia presiden mengatakan: ‘ini adalah leluhur saya, mereka dibunuh. Mengapa sekarang kita bicara tentang HAM.” Sehingga suasana ruangan menjadi “hening dan terkejut” Seorang delegasi Indonesia menjelaskan, Filipina adalah koloni Amerika dari tahun 1898-1946. (AFP melaporkan).*
Perlu juga dicatat bahwa dalam konferensi pers di bandara Manila, Duterte menunjukkan referensi foto-foto yang ingin dia tunjukkan, jadi itu adalah acara yang direncanakan bukanlah hanya berlaku spontan dan histeris dari seorang pemimpin yang tidak stabil, yang selama ini dituduhkan kepadanya oleh media Barat.
Pada pemilu tahun ini, Duta Besar AS untuk Filipina juga ikut campur untuk mendukung calon yang direkomendasikan oleh mantan Presiden Aquino III, maka cercaan Duterte mengenai masalah HAM juga ada pengaruh dengan ini.
Setelah Rodigo Duterte memenangkan pemilu sebagai presiden, rumor kudeta juga sering terdengar di seluruh Filipina, dikatakan ini terkait keterlibatan CIA-AS.
Terakhir ini, media sering terus-menrus melaporkan Filipina telah menerima pesan teks misterius yang menyerukan rakyat untuk bergabung dalam unjuk rasa anti-Duterte, pengujuk rasa ini direncanakan akan dimulai Januari tahun depan.