Menghadapi sikap Duterte yang terlihat “naik turun dan gonta-ganti” opini Barat menuduhnya “berbahaya, hawkish (maunya menyerang), ekstrimis, dan anti-Amerika,” telah dipaksa untuk menjadi tenang sekali lagi. Media Barat menjuluki “vulgar” “ofensif” “sederhana dan kasar” “politik yang tidak benar” telah menjadi label baru bagi Duterte. Reuters menyebutnya sebagai “Trump versi Filipina” dan menuduhnya sebagai ekstrimis, nasionalis, anti-intelektual, dalam rangka menarik publik.
Namun digambarkan sebagai “tak terduga” oleh dunia luar, tapi apakah memang demikian?
Banyak orang yang membandingkan Duterte dengan Donald Trump salah satu kandidat yang ikut kontes presiden AS, atau menyebutnya Trump versi Filipina. Tapi ini sebenar suatu bentuk pembandingan yang dangkal dan hanya melihat permukaanya saja. Kedua tokoh ini memang ada persamaanya, mereka bukan politisi tradisional. Seperti biasa politisi tradisonal jika bicara sangat kedap air, tidak perduli betapa sensitifnya topik dalam suara politisi tradisonal mereka mengatakan bahwa kita perlu melakukan hal ini, dan juga untuk hal-hal lain, ini semacam kebenaran politik.
Dan karena itu, dari perspektif Duterte, dia juga menerobos bicara dengan bermakna dua. Kita tidak bisa melihat dia hanya sebagai fenomena yang tiba-tiba, atau berbicara tanpa filter, dia jelas bukan bukan orang yang demikian. Ini penilaian beberapa analis.
Kita harus melihat latar belakang dia sebagai pengacara hukum, dan memiliki pengalaman bertahun-tahun sebagai politisi. Dengan pengalaman ini, jika kita mengatakan dia bermulut besar, jelas tidak akurat.
Yang jelas kita bisa melihat dia seorang teladan yang berhasil mengubah “surga kriminal” menjadi “model kota” yang tidak ada duanya di Filipina, jelas Duterte bukan politisi pemula. Dia seorang politis berpengalaman, karena itu banyak analis percaya meskipun dia bicara tanpa filter dan sulit diatur, tapi sebenarnya dia merupakan “pragmatis yang bisa beradaptasi.”
Setelah Duterte menjabat presiden, berbagai sikapnya menarik begitu banyak perhatian terhadap AS dikarenakan media Barat responnya terlalu dramatis.
Jika kita memperbandingkan kebijakan Presiden Aquino III terhadap AS, dengan Presiden Gloria Macapagal Aroyo yang berbalikkan 180 derajat. Mengapa orang (Barat) tidak bertanya mengapa Aquino III berpihak pada AS? Apakah ini bermanfaat bagi Filipina? Mengapa orang begitu curiga terhadap kebijakan yang disesuaikan Duterte, yang lebih untuk kepentingan nasional Filipina?
Pangamat melihat tabir asap dari AS dan media Barat sengaja menciptakan topik internasional, untuk menguasai suara mereka. Penyesuaian kebijakan terhadap AS dari Duterte sebenarnya sangat normal, namun tidak normal bagi Barat dan disensasionalisasi.
Penyesuaian kebijakan Duterte membuktikan bahwa ia seorang pragmatis dan untuk melayani rakyat Filipina lebih banyak, penyesuaian kebijakan untuk kepentingan nasional Filipina.
Selama tiga bulan ini Barat meng-sensasionalisasi Duterte sebagai “ekstrimis” “anti-Amerika” “Perusak hubungan AS-Filipina” dan secara ironis mengejek dia sebagai “tidak bisa diandalkan,” opini publik Barat tampaknya terhadap penyesuaian kebijakan presiden baru ini tetap kabur.