Tapi, satu minggu kemudian pada 17 Pebruari 2016, Kemenlu India mengatakan, bahwa mereka tidak akan mengambil bagian dalam patroli bersama di Laut Tiongkok Selatan dengan AS. Dalam hal ini keomentator militer India mengemukakan: “India tidak akan menjadi subordinasi dan bawahan yang hanya mengejar untuk kepentingan AS. Hal itu harus dilakukan untuk membangun hubungan dengan semua negara untuk menyeimbangkan kekuatan Asia.”
Sekarang, India telah sekali lagi secara terbuka menyatakan sikap mendukung Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan. Analis percaya alasan penting ini karena India berharap dapat mempertahankan sifat yang santai untuk Tiongkok maupun AS.
Untuk masalah Laut Tiongkok Selatan, India ingin mempertahankan sikap yang cukup terpisah atau netral. Dan barang tentu sikap ini sangat disambut oleh Tiongkok, karena pertama-tama, India sebagai negara dan bangsa utama, strategi luar negeri India merupakan salah satu dari otonomi strategis. Dengan kata lain, itu menekankan kemandirian dan otonomi. Dalam hal ini tidak akan bergantung pada negara utama, terutama negara seperti AS. Hal ini sangat penting sepanjang menyangkut kepentingan strategisnya.
Yang kedua, yang telah dilakukan secara terbuka menyatakan India mendukung sikap Tiongkok untuk isu-isu Laut Tiongkok Selatan. Jadi India mempunyai perhitungan, pertimbangan dan pertimbangannya sendiri. Karena secara hipotesis, jika India mengambil bagian dalam patroli di Laut Tioongkok Selatan, itu akan menjadi pisau bermata dua untuk India, karena India perduli banyak dengan kegiatan negara-negara lain di Samudra Hindia.
Salah satu contoh, apabila India melakukan patroli untuk kebebasan navigasi di Laut Tiongkok Sxelatan dengan AS, di kemudian hari, bisa saja negara-negara lainnya juga akan ke Samudra Hindia dan menggunakan alasan yang sama ‘kebebasan nevigasi’ untuk lakukan navigasi atau patroli di Laut India, jika ini terjadi apa yang bisa India lakukan?
Jadi pertimbangan kekuatan politik dan suara yang gigih di India yang menentang pemerintah yang datang dari para pejabat India, maka bersanding dengan AS untuk hal ini sama sekali tidak menguntungkan bagi India.
Beberapa analis percaya interaksi India baru-baru ini dengan tingkat tinggi Tiongkok menunjukkan bahwa India tidak akan menjadi garda depan AS untuk masuk Asia-Pasifik untuk menekan Tiongkok. Meskipun India ada persaingan dengan Tiongkok, selama ini kebijakan luar negeri India adalah independen, bebas dan otonom, maka India memutus untuk tidak akan berpihak pada AS.
Signh, seorang professor dari Universitas Jawaharalal Nehru untuk India School of International Studies, mengatakan, Tiongkok dan India melihat perkembangan ekonomi sebagai tujuan utama mereka, perang tradisional bukanlah sesuatu yang menjadi salah satu pilihan mereka..
Nilai-nilai hubungan India-Tiongkok sekarang, terutama karena pemerintahan Modi dimulai dengan menekankan kerjasama antara Tiongkok dan India, sejauh untuk hubungan ekonomi dan perdagangan, India telah melakukan sikap yang sangat prakmatis, merdeka, tidak ingin isu-isu lain mengganggu dan mempengaruhi hubungan antara India dan Tiongkok. Dalam hal ini bisa dibaca di tulisan penulis
Analis percaya bahwa isu Laut Tiongkok Selatan meningkat saat ini, Tiongkok-Rusia-India merilis pernyataan bersama untuk menanamkan “kekuatan positif” untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Tiongkok Selatan. Dan pernyataan ini tampaknya agar didengar dalam masalah Laut Tiongkok Selatan, yang bermanfaat untuk memperkuat keadilan, sikap obyektif dalam opini publik internsional tentang isu Laut Tiongkok Selatan. Hal ini akan berefek positif dalam diplomatik terutama untuk negara-negara tertentu seperti AS, Filipina dan bahkan untuk negara-negara lainnya.
Selain India dan Filipina, AS selalu berusaha untuk mendapatkan ASEAN berada di sisinya. Mengharapkan ASEAN akan bertindak secara keseluruhan dan mengambil tindakan bulat mengenai masalah Laut Tiongkok Selatan, sehingga dapat membentuk “satu suara” dengan AS mengenai masalah ini.