Situasi Laut Tiongkok Selatan ini terlihat rumit dan peka, Tiongkok tampaknya menyatakan tulus dengan mengusulkan “pemikiran dua jalur” untuk menyelesaikan masalah Luat Tiongkok Selatan, dengan menampilkan sikap proaktif dalam menyelesaikan masalah ini, dan menggambarkan akan menentang negara esktra-regional untuk intervensi dalam masalah laut Tiongkok Selatan yang akan menggunakan berbagai alasan, dan dengan acara-acara internasional.
Pada kenyataannya, banyak pihak di kawasan ini menginginkan stabiltas di laut Tiongkok Selatan, menghendaki tidak adanya intervensi internasional dalam sengketa teritorial, dan diselesaikan secara bilateral bagi pihak langsung yang terlibat. Karena selama 30 tahun terakhir ini, bantuan internasional tidak membantu menyelesaikan masalah untuk masalah ini.
Karena ternyata dengan adanya intervensi ekstra-regional, kompleksitas masalah Laut Tiongkok Selatan penyelesaian sengketa melalui proses damai harus menjadi proses yang panjang. Maka diharapkan semua pihak harus berupaya menjaga situasi dengan tidak menjadi lebih buruk, dan meringankan ketegangan kawasan Laut Tiongkok Selatan ini.
Dengan menggunakan metode yang dapat diterima semua pihak di bawah kerangka kerjasama tertentu, untuk secara bertahap menyelesaikan masalah adalah pilihan yang diperlukan.
Tampaknya isu Laut Tiongkok Selatan telah menjadi suatu jenis entertaiment atau pertunjukan hiburan yang cendrung menjadi bubble dan gelombang, dan menjadi lebih komplek dan internasionalisasi.
Jadi kita harus mencegah semua perubahan ini jangan sampai terjadi. Sehingga isu-isu Laut Tiongkok Selatan ini dapat kembali ke masalah asli mereka, terutama dengan masalah Filipian dengan Laut Tiongkok Selatan yang mengajukan perkara ke arbitrase, dimana keputusannya yang makin dekat. Sehingga banyak pihak yang menekankan pada isu-isu ini melalui metode politik, hukum dan militer, yang sebanrnya dapat menyebabkan masalah ini menjadi lebih komplek, dan pada akhirnya justru melayani kepentingan kekuatan ekstra-regional tertentu (yang kini terlihat adalah AS).
Kiranya ini akan merusak kepentingan negara-nagara di sekitar Laut Tiongkok Selatan termasuk kita. Jadi kita sangat menyetujui usulan pemerintahan Jokowi dan Menlu Tiongkok Wang Yi yang mencoba dan menghendaki menciptakan mekanisme kerjasama bagi negara-negara sekitar kawasan ini.
Dengan melalui kerjasama semua pihak maka akan menemukan “common denominator” terbesar untuk menyelesaikan masalah Laut Tiongkok Selatan, dan semua pihak dapat memperoleh kepentingannya yang terbesar dalam isu-isu Laut Tiongkok Selatan.
Tapi jika terjadi sebaliknya dimana persaingan menjadi zero-sum, itu hanya akan berakhir dalam situasi dimana kedua belah pihak akan sama-sama kehilangan dan tidak bermanfat untuk pembangunan kawasan.
Sucahya Tjoa
29 Mei 2016