Memang sejak akan diputuskannya kasus arbitrase Laut Tiongkok Selatan, isu Laut Tiongkok Selatan menjadi topik hangat. Sehingga AS menggunakan berbagai cara untuk membuat tampaknya masalah Laut Tiongkok Selatan menjadi titik fokus untuk semua orang.
Provokasi AS
Saat ini AS takut jika di Laut Tiongkok Selatan tidak ada gangguan. Seperti diketahui AS adalah contoh klasik dari negara ekstra-regional, tapi sekarang situasi telah berubah yang tadinya bertiundak dari balik layar, kini secara terbuka tampil di atas panggung membuat gelombang dan keonaran di Laut Tiongkok Selatan.
Beberapa analis percaya perilaku AS utamanya untuk mengarah ke militerisasi Luat Tiongkok Selatan, AS melakukan pengitaian pada titik kosong (bakn point) di sekitar pulau dan beting/atol di sekitar pulau dengan mengatas namakan “kebebasan navigasi.” Melaksanakan pengintaian di titik-kosong ini sebenarnya sangat provokatif.
Selama tahun-tahun lalu, metode AS menggunakan campur tangan militer dalam masalah Laut Tiongkok Selatan telah muncul semakin jelas. Pada Mei tahun lalu, sebuah pesawat patroli anti-kapal selam AS, P-8A melakukan pengintaian pada altitude rendah yang sangat dekat dengan pulau dan atol dengan pulau-pulau sekitar Kepulauan Nansha Tiongkok.
Pada bulan Juli tahun lalu juga, AS mengirim P-8A lain dan membawa Panglima Armada Pasifik Scott Swift melakukan 7 jam pengintaian diatas Laut Tiongkok Selatan. Dan pada bulan Oktober, kapal perusak AS, USS Larsen masuk dekat dengan Kepulauan Nansha.
Dan Januari 2016, Curtis Wilbur kapal rudal perusak berlayar dalam 12 mil laut di Pulau Zhonglian di Kepulauan Xisha Tiongkok. Pada bulan Maret 2016, armada kapal induk USS John C. Stennis memasuki wilayah “perairan sengketa” di Laut Tiongkok Selatan. Pada 15 April lalu, setelah enam bulan, Menhan AS Ashton Carter sekali lagi menumpang kapal induk AS berlayar melalui “perairan yang disengketakan” di Laut Tiongkok Selatan.
Pengamat melihat AS meperlihatkan kekuatannya di Laut Tiongkok Selatan memiliki niat yang sangat jelas, dengan terus memamerkan dan menghadirkan kapal induk dan pesawat militer untuk menunjukkan seakan-akan ada ketegangan di Laut Tiongkok Selatan dan diperlukan untuk kehadirannya, berpartisipasi dan perlu terus untuk memperkuatan kekuatan militernya.
Dengan kelakuan AS ini, kita bisa melihat situasi Laut Tiongkok Selatan terus-menerus meningkat baru-baru ini. Fakta ini membuat orang mencurgai AS tidak menginginkan adanya perdamaian dan stabilitas di kawasan ini.
AS ingin mengganggu kawasan ini dan sengaja membuat agar terjadi irisan antara Tiongkok dan negara-negara sekitarnya yang terlibat. Untuk tujuan ini, Filipina menjadi pilihan yang terbaik untuk melakukan irisan tersebut.