Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Latar Belakang Jerman Bersedia Menerima Pengungsi Timteng 800.000 Tahun Ini

3 Oktober 2015   19:03 Diperbarui: 3 Oktober 2015   19:03 1705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jerman akan bersikeras menerapkan 'Peraturan Dublin' untuk pengungsi non-Syria, yang berarti mereka harus dikirim kembali ke tempat mereka pertama kali memasuki Uni Eropa, biasanya Italia atau Yunani, dan dengan demikian akan memperburuk situasi disana. Demikian menurut analis Judith Meyer dari Berlin.

Akhir-akhir ini ada diskusi tentang hotspot pendaftaran pengungsi di Italia dan Yunani. Tergantung pada pembiayaan dan komitmen negara-negara lain untuk benar-benar mengambil pengungsi setelah mereka mendaftar, hotspot ini bisa saja menjadi hal yang baik atau sebaliknya. Uni Eropa menegaskan bahwa ini akan menjadi 'berkat', tapi bagi Italia dan Yunani ini akan menjadi yang mengkhawatirkan dan akan terjebak dengan pengungsi dan pendanaan atau biaya.

Apapun manuver Angela Merkel dipandang oleh analis untuk mengarahkan respon Eropa terhadap krisis pengungsi, dia sendiri dan Jerman akan dicela karena telah menyetujui menerima 800.000 pengungsi yang diperkirakan Jerman. Politisi negara lain hanya menutup mata atas kenyataan ini, karena bagi mereka tidak politis bagi pengungsi untuk datang ke negara mereka.

Bagi politisi Eropa terutama Kanselir Jerman Angela Merkel dan Menkeu Jerman Schauble, yang mempunyai kepentingan politik, krisis pengungsi ini juga menawarkan alasan yang sempurna untuk bersikeras pada pemerataan tingkat kesejahteraan di Eropa.

Di Yunani, pencari suaka yang diterima mendapat EUR. 0/bulan, di Jerman dapat EUR. 391/bulan, di Austria dapat EUR. 621/bulan, and di Luxemburg dapat  EUR. 1.348/bulan. Tapi perbandingan ini sedikit sulit diperbandingkan karena aturan yang berbeda mengenai akomodasi, akses ke perawatan kesehatan dan sebagainya. Tapi yang jelas ada perbedaan yang besar antara setiap negara-negara di Uni Eropa.

Perbedaan ini mendorong pengungsi untuk secara ilegal melakukan perjalanan melintas perbatasan yang terbuka Eropa setelah mereka sudah di-izinkan secara legal tinggal di salah satu negara Uni Eropa. Dengan demikian, beberapa politisi menginginkan untuk mendorong menyeragamkan tingkat kesejahteraan Eropa. Homogensasi pasti akan diperlukan jika Uni Eropa ingin mengejar unifikasi lebih merekat.

Pengontrolan Perbatasan

Hanya berselang beberapa hari setelah Kanselir Merkel dipuji dimana-mana yang bersedia menerima pengungsi dimana negara lain tidak berani melakukannya. Jerman meminta Austria untuk mengontrol perbatasannya. Mengapa?

Menurut beberapa pengamat dan komentator mengatakan, Mendagri Jerman telah mengambil keputusannya sendiri dan Merkel sekarang mau tidak mau harus mempertahankan agar tidak kehilangan muka. Yang lain mengatakan bahwa ia hanya tidak menyangka jika akan kebanyiran pengungsi begitu dibuka pintunya.

Namun mengontrol perbatasan bukan berarti ditutup rapat, pada 2 minggu lalu Jerman telah menyambut kedatangan pengungsi dari Syria 135.000 yang tiba di Bavaria antara 2-24 September, dan hari senin seminggu lalu saja sudah kedatangan 2.800 pengungsi.

Pengamat percaya bahwa Merkel menjadi salah satu bagian dari keputusan untuk pengontrolan perbatasan sementara dan tujuan bagi dia, antara lain : Menekan sekutu konservatifnya CSU ; Meringankan tekanan dari Munich. Munich sebuah kota dengan populasi 1,4 juta, akan segera kebanjiran oleh 6 juta wisatawan selama 3 minggu ke depan karena adanya Pesta Oktober (Oktoberfest). Dengan banyaknya pengungsi yang akan tidur di stasiun kereta api dan tempat-tempat umum lainnya akan menambah kekacauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun