Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Permafrost - A True Friend

9 Desember 2019   23:00 Diperbarui: 9 Desember 2019   23:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dmitriy sekarang bersamaku, kami sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit."

"Rumah sakit mana tante?"

"Rumah Sakit Krasnoyarsk."

Berkali-kali Dmitriy menggigit bibir karena menahan rasa dingin di tubuhnya. Ibunya terlihat cemas melihat kondisi putranya itu. Mata Dmitriy merah sepeti darah. Didalam kedua bola matanya gurat kemerahan. Kulit tubuhnya  dipenuhi bintik-bintik merah. Suhu tubuhnya masih tetap sama.

Begitu tiba di rumah sakit, ibunya memanggil beberapa petugas medis yang sedang berjaga. Mereka segera mengeluarkan tandu dan peralatan medis yang dibutuhkan. Tubuh Dmitriy Kuznets dibawa menuju kedalam rumah sakit dengan bantuan ranjang beroda. Sebuah alat pernapasan dipasang di wajah remaja itu. Sehingga membantunya sedikit lebih tenang dari sebelumnya. Ibu Dmitriy mengiringi putranya memasuki ruangan Emergency Room sambil menghubungi suaminya lewat telepon.

"Dimana kau sekarang?"

"Aku sedang dalam perjalanan pulang. Tadi ponselku mati. Ada apa?"

"Aku tunggu di Rumah Sakit Krasnoyarsk, anak kita mengalami kejang-kejang." jawab ibu Dmitriy singkat.

Kemudian ponsel itu ia masukkan kedalam tas. Ia mengelus kening putranya sambil mengiringinya menuju ruangan ER. Rasa cemas dan takut bercampur aduk dihatinya. Wanita itu tak menduga bahwa acara perpisahan yang diikuti putranya kemarin akan membawa petaka seperti ini.

"Mohon tunggu disini, kami segera melakukan pemeriksaan terhadap putra ibu."

"Tapi dokter, aku harus bersamanya, ia membutuhkanku." ucap wanita paruh baya itu memohon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun