Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Permafrost - A True Friend

9 Desember 2019   23:00 Diperbarui: 9 Desember 2019   23:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tapi Dmitriy, kita belum tahu keadaan dibawah lereng itu. Kemungkinan lapisan es disana cukup tipis. Tidak ada satupun pengunjung yang bermain disana." cegah Anastasia.

"Kau terlalu penakut Anastasia, kapan lagi kita bisa berseluncur di area yang lapang seperti itu. Ayolah!" teriak Dmitriy.

"Aku tahu tapi....."

Kalimat Anastasia terputus.

"Anastasiaaa... Cepat kemari!" teriak Dmitriy sambil terus mengayunkan tongkat ski miliknya. Gerakannya sangat lincah. Meliuk-liuk diatas hamparan salju di Ski Resort Baikalsk, menciptakan goresan serupa ular yang panjang.

Anastasia hanya bisa duduk melihat dari atas bukit. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain melihat temannya itu meluncur kebawah hingga akhirnya menghilang dari pandangannya.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara teriakan dari bawah lereng bukit. Anastasia memastikan pendengarannya bahwa itu adalah suara Dmitriy sahabatnya.

Anastasia beranjak dari tempatnya dan meluncur menuju sumber suara dengan hati-hati. Ia mengambil jalur ski yang telah dibuat oleh Dmitriy. Ia berhenti tepat dimana jalur ski itu terputus. Dihadapannya kini menganga sebuah lubang berwarna kebiruan yang jernih. Sebuah topi wol tergeletak disana. Di sekitar lubang itu tidak ada siapapun. Ia hanya melihat kepulan asap putih yang ditimbulkan oleh gelembung-gelembung udara dari dalam lubang. Sesekali ia menutup hidungnya dengan sarung tangan. Bau menyengat menusuk hidungnya. Bau gas metana yang cukup pekat.

Anastasia berusaha menenangkan pikirannya. Ia mengamati sekali lagi keadaan di sekitar lubang. Ia mendongakkan kepalanya untuk melihat kedalam lubang yang permukaan airnya cukup tenang itu. Namun sayang, hanya air berwarna kebiruan yang ia lihat.

Anastasia mengambil ponsel didalam saku jaketnya. Ia berusaha menghubungi dosen pembimbingnya. Sayangnya, sinyal di kota kecil itu terlalu lemah. Keringat mulai membasahi kening Anastasia. Pikirannya mulai kacau. Tangannya meremas kuat tongkat ski yang ia pegang. Lalu ia berdiri di tepian lubang yang menganga itu. Mengaduk-aduk air didalamnya. Berharap Dmitriy akan muncul dari dalam. Semakin lama ia mengaduk, gelembung air makin naik keatas dalam jumlah yang cukup banyak. Kepulan asap putih menyeruak dari dalam lubang diiringi bau yang menyengat. Membuat gadis itu menutup hidungnya berkali-kali.

Rasa putus asa menguasai Anastasia. Ia duduk di tepian lubang es menunggu sahabatnya muncul dari dalam. Tidak ada seorangpun disana. Tidak ada yang bisa menolong mereka. Saat Anastasia hendak berdiri, tiba-tiba ia mendengar bunyi air menggelegak. Sebuah tangan keluar dari dalam lubang. Segera ia menarik tangan itu. Dmitriy akhirnya bisa selamat. Ia berhasil  keluar dari dalam lubang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun