"Terimakasih Beth..." jawab Teana sambil tersenyum kepada Beth. Mereka berdua pun berpisah.
***
Setelah bertahun -- tahun ia tinggal di , ia segera memutuskan untuk kembali pulang. Pulang ke kota asalnya. Kota Petra. Simkath merasa sangat yakin bahwa kali ini dendamnya akan terlaksana. Simkath teringat pertemuannya dengan lelaki tua di pasar kota.
"Aku tahu kau bukan peramal biasa."
"Maksud Tuan apa? Aku hanyalah peramal yang mampu membaca tanda -- tanda dan nasib pada
diri seseorang. Itu saja. Lainnya tidak."
"Sudahlah, tidak usah kau berpura -- pura dan mencoba membohongiku." ucap lelaki tua itu dengan menatap tajam mata Simkath.
"Baiklah, apa mau Tuan? Katakan..."
"Pinjamkan sebentar liontin itu kepadaku. Aku ingin melihatnya."
Simkath mendadak bimbang. Ada sebuah kecemasan bercampur keragu -- raguan terhadap lelaki tua itu. Di satu sisi ia tidak ingin menyerahkan liontin yang ia miliki, namun di sisi lain ia paham betul bahwa sekarang dihadapannya berdiri sebuah kekuatan besar yang tidak akan sanggup ia lawan dengan sihirnya sekalipun. Simkath merasa sangat yakin akan hal itu. Apa yang ia pikirkan tidak pernah meleset. Oleh sebab itulah ia menjadi peramal yang banyak didatangi orang -- orang Paphos. Semua ramalan yang ia katakan selalu dipercaya oleh orang Paphos. Termasuk ramalannya tentang manusia ular. Manusia jelmaan yang bisa merubah wujudnya menjadi wujud ular. Cerita yang selama ini diyakini oleh Orang Paphos sebagai cerita khayalan pengantar tidur.
"Aku tidak bohong dengan ramalanku ini Tuan," ucap Simkath kepada seorang penduduk yang