Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rangda

30 September 2016   11:16 Diperbarui: 30 September 2016   11:24 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rangda http://www.alamy.com/stock-photo/rangda-mask.html

“Ya… kau bisa ikut. Masih ada satu posisi yang belum terisi. Kau bisa jadi Renying”

“Renying ? Pengurek Rangda? Itu artinya aku harus menusuk Rangda dengan keris?” tanya Anak Agung Raka Sidan.

“Iya benar, kenapa? Kau takut?”

“Ti… ti… tidak. Tapi aku belum pernah melakukan itu sebelumnya” jawab Anak Agung Raka Sidan gelagapan.

“Kau tak perlu memikirkan itu. Karena semua Penari Rangda akan kerauhan. Mereka semua akan digerakkan oleh Taksu. Jadi bukan diri mereka sendiri yang menari Rangda.

“Baiklah, aku setuju. Apa yang harus aku lakukan?” tanya Anak Agung Raka Sidan.

“Sebelumnya, kamu harus melakukan Pawintenan agar mampu memikul Taksu saat melakukan ngurek”

“Aku sanggup….”

Semua persiapan Piodalan Pura Dalem sudah hampir selesai. Penari Rangda dan para Renying sudah siap melaksanakan tugasnya masing – masing. Termasuk Anak Agung Raka Sidan yang sudah melakukan Pawintenan.

Semua penari telah siap menjalankan tugasnya. Topeng Rangda telah disucikan oleh pemangku adat. Keris untuk ngurek pun sudah disucikan lebih dulu melalui ritual khusus dengan menggunakan tirta penyucian. Alat musik pengiring berupa gamelan Semarandana dan Jembe sudah diusung ke Pura Dalem Agung di Ubud Bali. Begitupun lokasi Piodalan telah disterilkan dan telah dipasang Trajangan dan pohon pepaya.

Hari pelaksanaan Piodalan telah tiba. Semua penari telah siap mempertunjukkan tarian terbaiknya. Anak Agung Raka Sidan dan juga iwanya berangkat menuju Pura Dalem. Namun mereka berangkat tidak bersama – sama. Karena setelah pertemuan mereka minggu lalu, mereka berdua sudah tidak saling tegur sapa. Seperti ada api membara diantara mereka berdua. Api yang menyulut dendam dua keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun