"Itu karena nak Lukas tidak merasakan kehadirannya. Â Kalau nak Lukas bisa merasakan kehadiran Ibu Maria, pasti akan merasakan bahwa beban terasa lebih ringan." Jawab simbok.
"Nyuwun pangapunten ya nak Lukas, koq saya malah menggurui," sambung Simbok
"Sebetulnya, mereka yang datang ke sini itu adalah orang orang yang terluka, atau lebih tepatnya, orang yang putus asa. Â Mereka yang sudah tidak punya harapan," sambung Simbok Payung.
Aku semakin diam mendengar keterangan Simbok Payung, namun aku terusik untuk bertanya,
"Apakah Simbok ingin mengatakan bahwa aku juga termasuk orang yang putus asa?"
"Apakah nak Lukas putus asa?"
Kembali aku terdiam. Aku mendongakkan kepalaku. Â Ingin aku membuang beban dan ketakutan yang ada, tapi aku tidak tahu caranya. Â Aku hanya bisa memandang batu hitam yang berdiri kokoh itu. Â Namun aku kembali tertunduk.
"Bunda Maria, apakah engkau tahu apa yang aku rasakan? Apakah engkau lebih tahu dari Simbok Payung ini?" tanyaku dalam hati.
"Nak Lukas masih akan lama di sini?" terdengar suara Simbok Payung membangunkanku dari lamunan.
" emmm, sebentar lagi, Mbok, Simbok sudah akan pulang?" tanyaku balik
"Simbok akan di sini sampai nak Lukas turun," jawabnya