Mohon tunggu...
Lisa Novita Sari
Lisa Novita Sari Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Suka bercerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tragedi Ban Motor dan Hadiah Penebusan dari Tuhan

26 September 2024   13:49 Diperbarui: 26 September 2024   13:58 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perjalanan ke kantor pagi ini, aku pun masih diliputi rasa was-was mengingat perkataan si tukang ban semalam. Apalagi ditambah penglihatanku sendiri tentang serat-serat ban motor yang seperti sudah muak disuruh bekerja keras memutar roda setiap saat.

Hari ini aku sudah menjadwalkan akan pergi ke kantor desa. 

Aku membutuhkan tanda tangan kepala desa untuk melengkapi beberapa dokumenku. Aku harus bersiap untuk ijin ke atasan, menyusun alasan terbaik, mengantri di kantor desa, menuruti birokrasi yang rumit, menjawab pertanyaan-pertanyaan kepala desa yang tidak penting, baru mendapat tandatangan. 

Kulirik jam di tangan, pukul delapan kurang dua puluh menit. Tapi tiba-tiba,

DHUAR!!!

Suaranya persis seperti petasan hari raya. Tepat setelah itu, aku memperhatikan orang-orang juga saling mencari sumber suara itu. Aku pun sama. Namun kami tak kunjung menemukannya.

Beberapa menit lanjut menyetir, aku merasakan ban belakangku oleng lagi. Persis seperti semalam. Tidak mungkin, batinku.

Aku meminggirkan motorku, mengecek ini itu, lalu menyengir kecut.

***

Hariku bahkan belum dimulai tapi ujian nomor satu sudah datang. Kukira selepas bocor semalam, aku sudah menghabiskan jatah sialku seminggu ke depan, tapi nyatanya tidak. Aku terdiam sejenak, lalu menarik napas.

Rasanya emosiku sudah habis saking bertubi-tubinya kesialan yang sama terjadi. Aku hanya tersenyum kecil saja menikmati tragedi meletusnya ban motorku itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun