Pikiranku blank. Kosong. Hari sudah terlalu larut. Otakku sudah macet diajak berpikir.Â
Aku terduduk di trotoar. Menerka-nerka, mana ada tambal ban masih buka di malam buta begini? Sementara jarak rumah masih jauh. Aku tak mengenal siapapun di sekitar sini.Â
Jika kau suruh aku menghubungi keluarga untuk minta bantuan, maka hentikanlah. Banyak peristiwa terjadi, terlalu rumit untuk kuceritakan. Intinya, hari ini aku sendirian.Â
Aku menoleh ke kanan. Menoleh ke kiri.Â
Bersamaan dengan hawa yang makin dingin, aku merapatkan jaketku sembari mengutuk situasi ini.Â
Sial.Â
***
Maka aku menuntun motor hitam metik keluaran 2015ku itu. Aku pun tak mengerti ke mana gerangan tujuanku menuntun. Aku hanya mengikuti kata hatiku waktu itu. Namun seingatku, ada tambal ban di ujung jalan sana. Entah seberapa jauh.Â
Sepanjang jalan, aku hanya menemui gelap dan sepi. Ada kalanya aku berpapasan dengan satu dua orang, tapi mereka pun acuh.Â
Malam itu perasaanku benar-benar tak karuan. Mau marah, tapi ke siapa? Aku sungguh kesal dengan keadaan, maksudku, kenapa harus sekarang?
***