Mohon tunggu...
Reza Pratama Nugraha
Reza Pratama Nugraha Mohon Tunggu... -

A biologist, hobby membaca, suka berkhayal, dan ditumpahkan ke dalam tulisan dan gambar | illustrasi : http://liopolt09.deviantart.com/ |Blog: http://catatansikurakura.blogspot.co.id/ | Email : Liopolt09@gmail.com | Biologi Unsoed '13

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gunung Kawi

24 Juni 2016   23:48 Diperbarui: 24 Juni 2016   23:54 1222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Apa?!”

Aku tidak bisa menahan tangisku, aku segera terduduk bersender pada tembok. Aku segera mengeluarkan dompetku, kubuka uang dan daun yang membukusnya.

“Ada kakek-kakek..”

Tiba-tiba omonganku terpotong oleh erangan dari dalam kamar.

“Papah..”

Ria keluar dari kamarnya, dia minta dibuatin Indomie dengan sawi. Istriku langsung memeluknya, mencium dahinya yang memar. Dia belum selesai mendengar ceritaku, tapi Ria berkata bahwa dia melihat sesuatu, dia bermimpi buruk, dan deskripsinya mirip dengan apa yang ingin kukatakan :

“Ada kakek-kakek, bajunya hitam, dia mukul aku pake tongkat, sakit pak.. sakit..”

Beberapa hari kemudian hal yang sama terjadi pada Ria, dia tak sadarkan diri lagi setelah kejang-kejangnya, dan dokter berkata bahwa dia dalam keadaan koma.

Setelah itu Ria di opname di rumah sakit, sudah sebulan sekarang, setiap hari ibunya akan memandikannya dengan handuk basah di atas kasur, menekuk tangan dan kakinya biar tidak kaku jika saja ia bangun, biar bisa langsung main sama adik-adiknya kata dia kepadaku, dan ia tidak biarkan suster melakukan apa yang dia lakukan. Malam ia pakai untuk baca quran, shalat tahajud, lalu menangis sejadi-jadinya. Aku lama-lama juga ikut melakukan itu, tapi tak rela juga aku bakar daun ini. Ada apa sesungguhnya? Ada apa? Istriku juga tidak menyuruhku membakarnya walau dia sudah dengar ceritaku. Kenapa kita diam saja selama ini?

Menyadari ini, aku tidak tahan lagi, biar malu saja. Aku segera berbicara pada warga desa di warung kopi, kuminta mereka carikan diriku seorang kiai atau paranormal yang bisa mengusir ruh atau sebagainya, kubilang anakku dirasuki sesuatu, biarlah semua warga tahu bahwa kami memang menderita sesuatu karena pesugihan. Lalu akhirnya ditemukanlah aku dengan seorang pria dari pasantren, jauh dari bekasi, rela-rela aku kesana dan kujemput untuk menengok anakku. Dia tidak menolak, katanya sudah nunggu lama aku kesini, kupikir dia bercanda saat itu.

Ketika telah sampai, dia segera duduk disebelah Ria tanpa istriku persilahkan. Saat itu dia menutup matanya, dan dibacakannya ayat-ayat quran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun