36. Kondisi rakyat yang masih kurang memahami kebutuhan operasional dan spesifikasi yang dibutuhkan prajurit dalam operasi pertahanan negara. Seperti kasus pembelian tank tempur utama maupun UAV (unmanned aerial vehicles) yang kita lihat menjadi perdebatan hangat antara berbagai pihak, dimana para politisi sedikit berbeda pendapat dengan rencana pembelian kedua alutsista tersebut. Disebutkan permasalahan untuk rencana pembelian MBT adalah permasalahan dengan sisi geografis Indonesia yang tidak sesuai medannya untuk MBT seberat 60 Ton, yang menjadi pertanyaan adalah, pendapat yang seakan-akan berupa dugaan tersebut tidak disertai oleh hasil riset di lapangan, seperti apa yang dibutuhkan satuan-satuan operasional TNI sebagai pengguna alutsista tersebut dikemudian hari. Pastinya satuan-satuan tempur TNI itulah yang lebih memahami kondisi dan kebutuhan yang dapat menunjang operasi pertahanan negara, bukan berupa analisa-analisa sepihak. Demikian juga halnya dengan rencana pembelian UAV, dimana kesangsian sepihak berdasarkan dari negara produsen UAV tersebut berasal dari Israel dimana tidak adanya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel. Akan tetapi, Israel adalah negara yang memiliki kemampuan memproduksi UAV terbaik didunia dan sangat dibutuhkan spesfikasi dari produknya untuk operasional pertahanan negara dan selain itu Indonesia pun sudah pernah memiliki pengalaman dalam hal pembelian alutsista dari Israel beberapa tahun silam terkait dengan pesawat A-4 Skyhawk yang dimiliki TNI AU adalah pesawat bekas dari Israel dan terbukti battle proven.
37. Anggaran Militer adalah suatu alasan klise yang sering disebut dalam persiapan menuju kekuatan pertahanan negara yang memadai. Bisa kita maklumi jika dalam hal ini anggaran negara lebih diutamakan untuk mensejahterakan rakyat terlebih dahulu. Walaupun demikian segala upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan anggaran pertahanan negara untuk tercapainya kebutuhan perahanan negara tersebut dengan terlihatnya beberapa tahun terakhir anggaran pertahanan cukup meningkat dengan baik. Semua itu diharapkan sesuai dengan rencana jika kegiatan perekonomian negara tetap stabil dan tidak mengalami gangguan apapun.
38. Para ahli yang kurang menyesuaikan diri dengan percepatan teknologi militer sehingga beberapa hasil produksi pertahanan yang diciptakan kurang memenuhi standar. Sebagai salah satu contohnya adalah beberapa amunisi yang diproduksi oleh perusahaan industri militer nasional yang memiliki kualitas dibawah standar, sehingga walaupun ditembakkan oleh operator yang memiliki CEP (circullar error probability) yang kecil dengan didukung peralatan yang canggih hasil perkenaan yang terjadi masih cukup jauh dari sasaran yang ditentukan.
39. Komando dan Pengendalian dalam Kohanudnas beserta satuan-satuan di bawahnya masih terpisah dalam pembinaan tiap-tiap matra dimana proses birokrasi ala timur yang terkadang masih “segan” cukup menghambat pelaksanaan operasi dilapangan bagi Kohanudnas sebagai induk pengguna satuan-satuan operasi tersebut. Birokrasi antar matra maupun antar kotama TNI dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu serta birokrasi yang cukup menyita waktu, padahal dalam suatu operasi pertahanan udara kecepatan waktu dalam menghadang maupun menggagalkan ancaman musuh adalah faktor penting yang harus diperhatikan.
40. Saat ini Indonesia masih belum memiliki broadband networking yang mandiri. Sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan teknologi jaringan, kita masih sangat bergantung kepada negara-negara penyedia broadband networking tersebut. Hal ini sangat melemahkan pertahanan Indonesia yang notabene pertahanan militer dengan sistem K4IPP sangat membutuhkan broadband networking system.
KESIMPULAN DAN SARAN
40. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pertahanan Udara Nasional Indonesia saat ini masih dalam kondisi yang belum sesuai dengan kebutuhan pertahanan negara dalam menjaga dan melindungi keutuhan wilayah integral Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, dengan kondisi perekonomian Indonesia yang mulai membaik saat ini maka sangat mungkin untuk membangun dan meningkatkan kemampuan pertahanan negara. Pertahanan Udara Nasional bersinergi dengan sistem K4IPP adalah salah satu jalan yang tepat dalam menyatukan kekuatan tiga matra terpadu dalam tugas-tugas pertahanan negara. Kemudian dapat pula disimpulkan bahwa pengintegrasian Pertahanan Udara Nasional terhadap K4IPP menjadikan sebuah kekuatan pertahanan utama, bukan sekedar kekuatan pendukung operasi pertahanan negara. Dengan pertahanan udara bersatu dalam tiga matra, maka akan meningkatkan efektifitas pertahanan dalam keutuhan NKRI.
41. Saran. Dalam mencapai tujuan Pertahanan Udara Nasional Indonesia yang bersinergi dengan K4IPP, maka beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain:
a. Memberikan saran bagi para peng-kritisi agar lebih banyak melakukan riset dilapangan sehingga dapat mengetahui dengan pasti kebutuhan operasional satuan-satuan tempur pertahanan negara.
b. Meningkatkan anggaran pertahanan negara yang disesuaikan dengan luas wilayah negara adalah saran yang sangat diharapkan realisasinya. Mengingat perekonomian negara saat ini juga sudah mulai membaik dibandingkan 10 tahun terakhir. Dalam lima tahun terakhir anggaran militer terhadap PDB belum pernah mencapai satu persen, disarankan dapat ditingkatkan hingga 2,5% – 3% dari PDB yang ada.
c. Dalam mencapai industri pertahanan yang mandiri, disarankan agar para ahli yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dapat segera menyesuaikan diri terhadap percepatan perkembangan teknologi militer dunia. Sehingga diharapkan segala produk yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi operasi militer berstandar dunia.