Mohon tunggu...
Lembaga Kajian Pertahanan KERIS
Lembaga Kajian Pertahanan KERIS Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI "KERIS" dirintis oleh beberapa pemuda di kota Jogja dengan anggota tersebar di beberapa penjuru Indonesia | http://lembagakeris.net

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pertahanan Udara Nasional Indonesia Bersinergi Dengan K4IPP

10 Juli 2012   10:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:06 3086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

11. Geostrategis. Letak Indonesia yang berada dalam posisi silang dua benua dan samudera membuat Indonesia berbatasan langsung dengan sepuluh negara tetangga baik di darat maupun di laut. Saat ini kondisi keamanan regional bisa dikatakan cukup stabil dengan semakin di-kedepankan-nya diplomasi maupun dialog sesama negara-negara kawasan. Namun, masalah perbatasan tetaplah menjadi suatu isu sensitif yang patut diwaspadai karena berpotensi memicu konflik terkait pada beberapa permasalahan tapal batas wilayah yang harus segera diatasi. Isu keamanan perbatasan, jika tidak segera mendapatkan penyelesaian yang baik dan tepat serta tidak dipelihara dengan optimal maka akan sangat berpotensi lepas dari wilayah Indonesia .

12. Geopolitik. Perubahan yang terjadi pada situasi geopolitik global terjadi sangat signifikan, diantaranya adalah; Permasalahan tentang hak asasi manusia dan demokratisasi dijadikan sebagai tolak ukur dalam hubungan antar bangsa; Menipisnya sumber energi di beberapa negara yang tidak seimbang dengan kebutuhan penggunaan energi tersebut pun telah membuat beberapa negara kuat untuk menggelar kekuatan militer terhadap negara yang berkepentingan; Dan isu terorisme telah memicu beberapa negara kuat untuk melakukan pre-emptive strike yang ditujukan kepada negara sumber teroris. Perkembangan politik global tersebut merangsang negara-negara di dunia untuk memperkuat angkatan perangnya guna menghadapi imbas langsung maupun tidak langsung dari segala macam isu politik dunia yang terjadi .

13. Ekonomi. Memperhatikan kemampuan keuangan negara yang dialokasikan untuk bidang pertahanan pemerintah rata-rata hanya mampu menyediakan sejumlah 1% per tahun dari PDB yang ada. Padahal TNI dituntut untuk mampu melaksanakan tugasnya dalam menjaga berbagai pulau terpencil dan terluar yang berada di wilayah perbatasan dan lautan Kepulauan Indonesia. Kemampuan untuk melakukan pengamatan dan pengintaian dihadapkan oleh belum memadainya alutsista yang canggih dan mahal .

Dari penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi di atas, dapat dipahami bahwa keadaan geostrategis, geopolitik dan ekonomi sangat berpengaruh sekali terhadap pertahanan Negara Indonesia dimana baik secara internasional, regional dan internal dapat memberikan ancaman yang tidak terduga bagi keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

SEJARAH KEKUATAN PERTAHANAN UDARA NASIONAL INDONESIA

14. Pada era orde lama, Indonesia dikenal sebagai Negara yang memiliki kekuatan udara terbesar di kawasan Asia Tenggara. Tahun 1960an adalah masa ke-emasan kekuatan pertahanan udara Indonesia yang dilengkapi oleh berbagai macam pesawat tempur canggih buatan Uni Soviet lengkap dengan segala macam persenjataannya, sehingga cukup membuat negara Belanda bergetar nyali dalam perebutan Irian Barat serta membawa Indonesia menjadi Negara yang disegani oleh negara-negara baik Internasional maupun kawasan. Akan tetapi, kejayaan tersebut tidak berlangsung cukup lama dimana situasi politik negara yang goyah yang disebabkan terjadinya peristiwa pemberontakan komunis. Sesaat sejak dilarangnya organisasi komunis di Indonesia, termasuk pemutusan hubungan diplomatik terhadap Uni Soviet, kemudian berimbas kepada tidak adanya suku cadang alutsista pertahanan udara sehingga melemahnya kekuatan udara karena sebagian besar kekuatan pesawat tempur buatan Uni Soviet digrounded. Pada akhirnya, pada masa itu Indonesia hanya mampu bertahan dengan kekuatan yang tidak sebanding dengan luas wilayah kepualauan.

15. Awal tahun 1980an, adalah masa dimana pertahanan udara Indonesia mendapatkan angin segar dengan didatangkannya 40 unit pesawat tempur battle proven bekas perang Israel yakni A-4 Skyhawk. Operasi alpha, adalah sebuah operasi intelijen pimpinan Jenderal TNI L.B Moerdani yang sukses dilaksanakan dalam proses pembelian pesawat tempur tersebut. Disusul dengan pembelian 12 buah pesawat tempur super sonic F-5 Tiger II dipertengahan tahun 1980an, kemudian pembelian 12 unit pesawat tempur F-16 Fighting Falcon pada akhir tahin 1980an dan pembelian 40 unit pesawat tempur ringan Hawk 109/209 buatan British Aerospace pada tahun 1996-1998.

16. Namun, kebangkitan kekuatan udara baru tersebut pun ternyata tidak berlangsung lama untuk menajaga kedaulatan udara karena krisis keuangan negara disertai kekacauan situasi sosial dan politik pada tahun 1998 yang sangat berimbas besar terhadap perekonomian Indonesia, sehingga untuk melengkapi suku cadang alutsista dirasakan cukup berat ditambah dengan beberapa permasalahan lain yang menyebabkan embargo suku cadang alutsista oleh Amerika Serikat maupun Inggris sebagai negara produsen alutsista yang banyak digunakan di Indonesia. Kembali Bangsa ini harus cukup puas untuk bertahan dengan sisa-sisa kekuatan alutsista yang ada dan pastinya tidak memadai untuk menjaga jutaan kilometer wilayah NKRI. Walaupun demikian, tentara langit tetap bermoril tinggi dengan berpedoman “tetap berlatih optimal dengan apa yang dimiliki, sehingga ketika kekuatan pertahanan udara kembali kuat, personel tetap handal” atau dengan kata lain “ lebih baik siap ketika tidak perang, daripada saat perang tidak siap”.

KONDISI KEKUATAN PERTAHANAN UDARA NASIONAL INDONESIA SAAT INI

17. Tiga belas tahun setelah krisis ekonomi, pertahanan udara nasional hanya bertahan dengan aset yang tidak memadai untuk melindungi kedaulatan nasional. Wilayah Indonesia sangat luas, tapi begitu mudah untuk diganggu dan beberapa pelanggaran perbatasan negara yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan kekuatan udara. Akan tetapi, Kohanudnas sangat menyadari pentingnya kekuatan udara untuk mencapai pertahanan udara yang lebih baik dalam menjaga keutuhan wilayah Kepulauan Indonesia. Sekarang, Indonesia masih dalam proses untuk memiliki pertahanan udara berkelas dunia. Beberapa contoh imbas dari kelemahan pertahanan udara tersebut antara lain:

a. Insiden Bawean. Insiden Bawean yang terjadi pada tahun 2003, yang mana lima F-18 pesawat milik Angkatan Laut Amerika Serikat memasuki daerah Bawean dan melakukan manuver tak terduga. Mereka terdeteksi oleh koordinasi radar sipil-militer di Bandar Udara Internasional Bali. Kejadian ini membuat beberapa pesawat sipil cemas karena mereka terbang pada rute penerbangan sipil di posisi dan waktu yang bersamaan. Kemudian, Kohanudnas memerintahkan flight pesawat F-16 dari pangkalan udara Iswahjudi Madiun untuk meng-identifikasi ancaman tersebut. Setelah lima pesawat F-18 ter-identifikasi, pesawat tersebut keluar menuju perairan internasional. Terbang di atas daerah negara berdaulat, pesawat militer Amerika Serikat harus membuat ijin melintas terlebih dahulu. Sebagai negara adidaya Amerika Serikat seharusnya juga tunduk pada hukum internasional. Jadi, penerbangan sipil tidak akan merasa terancam oleh manuver mereka .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun