Mohon tunggu...
Spenser Lemaich MA
Spenser Lemaich MA Mohon Tunggu... Guru - membuat profil sebagai tugas kuliah

Guru bahasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Analisis Unsur-unsur Linguistik Puisi Narasi dari "Inspirasi Tanpa Api" sebagai Sumber Bahan Ajar BIPA

21 Juli 2022   15:06 Diperbarui: 21 Juli 2022   15:23 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa internasional (Sastrio, 2017), dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK), terus berupaya untuk melaksanakan "penginternasionalan bahasa Indonesia" (Amanat, 2019: 41). 

Sekarang, bahasa Indonesia sedang dipelajari di 20 negara, dari 23 negara sasaran yang dituju oleh PPSDK, antara lainnya: Thailand, Timor Leste, Australia, Papua Nugini dan Filipina (Handoko dkk. 2019: 24). 

Bahasa Indonesia dipelajari dalam mata kuliah bahasa asing pilihan bukan hanya oleh warga negara ASEAN saja, seperti di Ho Chi Minh City (Wurianto, 2022) dan Manila (Quinones & Mayrena, 2020: 11), tetapi di Poznan, Torun, Krakow dan Warsaw di Polandia juga (Hertiki, 2017).

Perkembangan bahan ajar BIPA terus berjalan sampai saat ini, mulai dari upaya PPSDK, yang menerbitkan seri bahan Bahasa Indonesia Bahasa Sahabatku, tahun 2014, dan Sahabatku Indonesia: Untuk Anak Sekolah tahun 2015, 

dalam enam jenjang A1, A2, B1, B2, C1 dan C2 berdasarkan sistem Kerangka Kerja Eropa untuk Jenjang Kompetensi Bahasa (Common European Framework of Reference for Languages atau CEFR) (Mahayana, 2018: iii). 

Isi seri bahan terbitan 2016 "dikembangkan dengan berbasis teks agar pemelajar secara terintegrasi dapat mengembangkan kompetensi berbahasanya dalam keempat keterampilan: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis" dengan tujuan tambahan, yaitu pengembangan "wawasan keindonesiaan" (Meilinawati, 2016: iii). 

Namun, selain bahan ajar untuk mengembangkan keempat keterampilan tersebut, pelajar BIPA membutuhkan bahan ajar tambahan yang dapat membantu mereka menguasai sistem aturan atau tata bahasa baku bahasa Indonesia, terkait topik-topik seperti penggunaan imbuhan dan duplikasi, antara lain.

Kurniasih dan Isnaniah (2019) menjelaskan keadaan perkembangan bahan ajar BIPA di salah satu perguruan tinggi di Indonesia:

Ketersediaan bahan ajar BIPA [...] masih sangat terbatas pada buku teks yang dikeluarkan oleh [PPSDK]. Penggunaan bahan ajar yang minim dapat berpengaruh pada proses pembelajaran bahasa. Semakin banyak modul yang digunakan, maka semakin baik pula proses penerimaan bahasa kedua bagi penutur asing. 

Sebaliknya, apabila sumber belajar terbatas, maka kebutuhan bahasa bagi penutur asing masih belum tercukupi dengan baik. [...] Pembelajar BIPA mengalami kesulitan dalam memilih materi yang tepat untuk membantu penutur asing dalam mencapai kompetensi. (2019: 63)

Oleh karena kekurangan tersebut yang masih ada sampai sekarang dalam ketersediaan bahan ajar BIPA, maka tenaga pengajar BIPA terus disarankan untuk mengembangkan bahan ajar pengayaan dan tambahan, baik untuk tujuan tertentu, maupun untuk pemelajar umum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun