Contoh dari fenomena ini, yang juga dapat disebut dengan istilah teman palsu, adalah kata favorit dalam bahasa Indonesia, dibandingkan favorite dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, kata favorit menandakan (1) orang yang dikira akan menang, atau (2) sesuatu yang disukai, tetapi dalam bahasa Inggris, favorite memiliki arti: apa yang lebih disukai dan dihargai daripada yang lain (terfavorit dalam bahasa Indonesia).
Unsur-unur etimologi yang dibahas dalam penelitian ini juga akan dikelompokan dalam kategori kontak bahasa karena pemahaman etimologi dapat menjadi bantuan bagi pemelajar BIPA dalam proses pembelajaran kosakata dan sejarah bahasa Indonesia.Â
Bahasa Indonesia, seperti dijelaskan oleh Ermanto dan Emidar, telah "diperkaya oleh berbagai bahasa daerah dan bahasa asing" (2018: 5), antara lain: bahasa Sansekerta, Jawa, Sunda, Banjar, Papua, Batak, Minangkabau, Palembang, Arab, Belanda, Inggris, Portugis, Tamil, Prancis, Parsi, Cina dan Jepang (2018: 6-7).Â
Tentu saja ada beberapa bahasa tertentu yang sangat berpengaruh dan menyediakan jumlah kosakata serapan yang lebih banyak daripada bahasa lain, seperti bahasa Arab, "karena masuknya Islam di nusantara [...] pada masa-masa awal" (Sya'roni, 2017: 136).
II. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan landasan teori cabang-cabang linguistik yang telah dibahas. Jenis data yang akan dikumpulkan adalah kualitatif:Â
(1) contoh penggunaan bahasa Indonesia dalam tiga puisi narasi yang menunjukkan tata bahasa baku bahasa Indonesia; (2) kutipan dari ketiga karya sastra terkait, yang dapat digunakan untuk lebih memahami budaya dan wawasan Indonesia. Â
Tiga puisi yang dipilih dari kumpulan Inspirasi Tanpa Api dan menjadi data penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Dikadali Kadal...oh Kadal (Sastrio, 2018: 25-28). Puisi tersebut merupakan sebuah ratapan mengenai keadaan "manusia jelata" (2018: 26), terutama di daerah-daerah Nusa Tenggara Timur, namun dapat ditafsirkan bahwa rakyat daerah itu menjadi kiasan bagi rakyat Indonesia secara lebih luas. Keadaan rakyat yang masih menderita, atau kurang diperhatikan, dengan pendidikan "biasa-biasa saja" (2018: 26), dibandingkan dengan status "kadal raksasa" (2018: 25) di mata dunia dan para pejabat negara yang seringkali mengutamakan kepentingan makhluk tersebut.
- Reshuffle Riak Gelombang Samudra (Sastrio, 2018: 52-55). Karya ini membahas sebuah perubahan para menteri dalam kabinet Indonesia dan mempertanyakan akibat, kesan, dan guna tindakan tersebut. Setelah merenungkan hubungan antara rakyat dan pemimpin negara, dengan beberapa masalah politik lain, penulis memberi saran: "sebaiknya sapu dimulai saja dari istana" (2018: 54)
- Tidak Pernah, Tidak Boleh dan Tidak Akan (Sastrio, 2018: 190-192). Puisi ketiga kembali membahas masalah-masalah politik lagi, terutama masalah korupsi, KPK dan proses hukum terkait. Karya ini mengungkapkan kehausan penulis akan keadilan dalam proses hukum terkait korupsi, dan kejujuran dari para pejabat negara dan partai politik.
III. HASIL DAN PEMBAHASANÂ
Penelitian ini mengategorikan contoh-contoh penggunaan bahasa Indonesia dari ketiga karya sastra tersebut berdasarkan cabang-cabang linguistik yang sesuai. Di bagian pembahasan, judul ketiga karya sastra terkait disingkatkan sebagai berikut: (1) Kadal, (2) Reshuffle, (3) Tidak Pernah. Berikut adalah sebuah contoh kalimat yang mengandung berbagai macam unsur linguistik:Â
"Anak buahnya menerima suap, atas seizin mereka" (Reshuffle: 54) -- anak buah merupakan gabung kata yang terkait semantik; imbuhan se-, me- dan -nya terkait morfologi; kata atas berhubungan dengan semantik karena contoh polisemi --Â