"Wow, Ayah mau bikin kue?" terkanya sok tahu.
Sebagai jawaban, Ayah Calvin mengambil sehelai kertas kosong. Ditebarkannya krim di atas kertas. Dahi Silvi terlipat.
"Silvi, coba kamu tulis kata 'kucing' di kertas pakai krim ini." Perintah Ayah Calvin.
Menulis dengan krim? Bukankah krim hanya bisa untuk membuat kue? Puluhan kali Silvi melihat Bunda Manda mengoleskan krim pada adonan kue. Tapi kalau dipakai menulis...?
Ragu-ragu, Silvi mencoba. Latihan satu ini melibatkan sentuhan, penglihatan, dan gerakan. Ayah Calvin membimbing tangannya. Mengukir huruf demi huruf dengan sabar. Latihan ini dapat mengasah ingatan Silvi tentang bentuk huruf yang membingungkan.
"Calvin!"
Tengah asyik berlatih, sebuah suara bernada tinggi merobek konsentrasi mereka. Siku Silvi menyenggol kertas penuh krim. Cairan manis itu tumpah ke lantai. Ayah Calvin melompat bangkit, tak siap dengan Bunda Manda yang bertolak pinggang di depan pintu.
"Kenapa kaubuang-buang persediaan krimku?" omel Bunda Manda.
"Aku tak membuangnya, Manda. Krim itu kugunakan untuk..."
"Susah payah kudapatkan krim kualitas bagus! Itu untuk pesanan kue! Jewelry sibling memintaku membuat kue untuk tamu-tamu penting mereka!"
Pembuluh darah Ayah Calvin berdenyar. Bunda Manda memarahinya hanya karena kepentingan jewelry sibling? Seberapa besar Nanda dan Barki mempengaruhi istrinya?