Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Papa dan Ayah] Ayah Tak Berguna, Sebuah Prolog

11 November 2019   06:00 Diperbarui: 11 November 2019   06:02 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayah nggak pernah main di luar sama aku. Ayah nggak pernah temenin aku study tour, naik gunung, traveling, dan berenang."

Cacian Silvi terhadap Calvin membuat Adica terenyak. Ia sedih mendengar kakak kembarnya dijelek-jelekkan oleh anaknya sendiri.

"Apakah rasa sayang seorang ayah hanya bisa dibuktikan dari kegiatan di luar rumah?" tanya Adica diplomatis. Sukses membuat Silvi bungkam.

"Ayah beda dengan Papa. Tiap orang punya peran. Kalau Silvi sudah besar, Silvi akan mengerti."

"Nggak! Pokoknya Ayah nggak berguna! Ayah nggak pernah ajak Silvi keluar rumah!"

Dengan satu teriakan, Silvi berlari ke lantai atas. Adica menggelengkan kepala dengan frustrasi. Keras kepala, batinnya.

**   

Senja begitu cantik melatari langit. Siluetnya merah-jingga bersaput emas. Kecantikan senja memanjakan pandangan mata Calvin. Sayang sekali, transformasi sore menuju malam tak terlalu baik untuk kesehatannya.

Gerakan tangannya mengetikkan draf naskah buku terhenti. Calvin terbatuk. Rasa sakit menjalar dari dada turun ke punggungnya.

"Calvin, nulisnya lanjut di dalam yuk. Di sini hawanya dingin."

Adica mendekat ditingkahi langkah tergesa. Lembut tapi tegas, diambilnya laptop dari pangkuan Calvin. Digandengnya tangan kembarannya masuk ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun