Ratusan karyawan di jaringan toko retailnya mungkin akan berkerut kening kalau melihat pemandangan ini. Bagaimana tidak, direktur utama yang lekat dengan image tegas, di rumah menjadi begitu hangat dan perhatian pada keluarganya. Lihatlah, Adica sendiri yang menyiapkan obat untuk diminum Calvin.
"Adica," Calvin mulai bicara setelah meminum obatnya.
"Ya?"
"Aku ingin sehat. Aku ingin seperti kamu yang bisa pergi kemana-mana bersama Silvi."
Adica mendesah. Ia menduga Calvin tahu tentang ujaran yang dilontarkan Silvi tempo hari.
"Jangan dimasukkan ke hati. Silvi belum tahu betapa kamu menyayanginya." hibur Adica.
Calvin menengadah. Menatap Adica dengan mata berembun.
"Aku mencintai Silvi...sangat mencintainya."
"Aku tahu. By the way, minggu depan aku ke Singapore. Kamu jaga Silvi ya."
Sejurus kemudian, Calvin mengeluarkan sebentuk kartu. Diletakkannya ATM itu ke telapak tangan Adica.
"Di sini ada 3,3 Milyar. Alokasikan untuk asuransi pendidikan Silvi. Kelak dia bebas memilih mau melanjutkan sekolah dan kuliah dimana saja, sampai jenjang setinggi mungkin. Aku ingin kamu menyimpannya."