Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Malaikat, Lily, Cattleya] Pendamping Hidupku Istimewa

8 November 2019   06:00 Diperbarui: 8 November 2019   06:21 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada apa, Sivia?" tanya Chef Mutiara berempati.

"Calvin...Calvin tinggal-tinggal aku." Sivia terisak.

"Kemana dia?"

"Katanya ke ruang kerja. Tapi sampai sekarang aku ditinggal-tinggal olehnya."

"Revan, aku bisa minta tolong kan...?"

Si pria blonde mengangguk. Dia bergegas mencari Calvin. Ruang kerja kosong. Kamar utama senyap. Kamar-kamar tidur lainnya sepi. Dimasukinya tiap ruangan. Dua ruang duduk di lantai atas sesunyi mausoleum. Satu ruang santai di lantai bawah sama saja. Perpustakaan, ruang piano, pantry, halaman belakang, kolam renang, dan balkon, semuanya tak ada tanda kehidupan. Satu-satunya ruang yang belum tersentuh adalah kamar mandi.

Ada delapan kamar mandi di rumah ini. Satu di lantai bawah, satu di atas, dan kamar mandi di dalam enam kamar tidur. Revan mengeceknya satu per satu. Mata birunya sampai pegal karena terus-terusan mempertajam fokus penglihatan.

Putus asa, pria setinggi 180 senti itu kembali ke kamar utama. Ada yang ganjil. Bercak-bercak darah menempel di pintu kamar mandi. Jarum suntik, pil-pil obat, dan pecahan gelas berserakan. Perasaannya tak enak. Dengan nekat, didorongnya pintu.

"Astaghfirullah..." kata Revan shock.

Calvin terbaring di lantai. Darah segar mengalir dari hidungnya.

**   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun