Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Malaikat, Lily, Cattleya] Pendamping Hidupku Istimewa

8 November 2019   06:00 Diperbarui: 8 November 2019   06:21 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sia-sia Revan dan Chef Mutiara berupaya menenangkan. Sivia terlanjur kalap. Bahkan rambut Chef Mutiara yang menjuntai indah pun dijambaknya. Hanya Calvin yang bisa, sungguh hanya Calvin yang bisa.

"Sivia...jangan, Sayang. Jangan lakukan itu..." pinta Calvin sedih. Susah payah menggerakkan tubuhnya untuk mendekati belahan jiwa.

"Tuan Calvin, istri Anda gila." tukas seorang dokter senior.

Detik berikutnya, jari telunjuk sang dokter digigit Sivia. Teriakan kesakitan terdengar bersamaan dengan gelegar petir. Voilet, Calvin berhasil menjangkau tubuh Sivia. Didekapnya tubuh belahan jiwanya itu sangat erat.

"Tuan Calvin, sebaiknya istri Anda dibawa ke rumah sakit jiwa. Saya bisa rekomendasikan..."

"Sivia tidak gila!" sela Calvin marah.

Ya, ia marah. Benar-benar marah. Kemarahan itu bercampur kesedihan. Siapa pun yang menyakiti Sivia, sama saja telah menyakiti Calvin. Rasa sakit Sivia rasa sakit Calvin juga. Luka Sivia adalah lukanya. Kesedihan Sivia adalah kesedihan Calvin. Mereka satu jiwa.

"Istri Anda gila dan berbahaya. Seharusnya dia ditempatkan di rumah..."

"Istri saya tidak gila. Dia istimewa..." potong Calvin, suaranya bergetar.

Sedih, sedih sekali Calvin mendengarnya. Tak semua orang memahami dan menerima Sivia. Kenyataan ini mengguncang hati Calvin.

Mata Revan dan Chef Mutiara berkaca-kaca. Bukan mereka saja yang menangis. Air bening terjatuh dari mata sipit Calvin. Sakit hati Calvin mendengar istrinya dianggap gila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun