"Tidak mau!" tolak Sivia di suapan terakhir.
"One more. Jangan membuang makanan, Sivia." kata Calvin lembut.
Suara itu, nada lembut itu, tatapan menenteramkan itu, membuat Sivia luluh. Bibirnya membuka. Menerima potongan terakhir yang disuapkan Calvin.
Hatinya berangsur lega. Paling tidak, Sivia menghabiskan makanannya. Sivia sehat dan aman, itu sudah cukup untuk Calvin. Dia takkan meminta lebih.
Gelas berisi air putih berpindah tangan. Sivia menenggaknya sampai tandas. Sedetik kemudian...
Prang!
Sivia melempar gelas ke buffet. Gelas kaca membentur buffet, lalu pecah. Calvin kaget, namun bukannya tak menyangka.
"Sivia, kenapa gelasnya dilempar?" tanya Calvin setelah menguasai diri.
"Biar pecahannya bisa kugunakan untuk self harm." jawab Sivia santai. Sesantai jawaban tentang prakiraan cuaca.
Sejurus kemudian,, Sivia bangkit. Berjalan ke depan buffet. Kakinya menginjak pecahan kaca.
Darah memercik ke lantai parket. Segera saja Calvin menarik tubuh Sivia ke dalam dekapannya. Memapah Sivia ke kamar, lalu mengobati luka di telapak kakinya.