** Â Â
Ayah Calvin tak pulang malam ini bukan karena marah pada Jose. Ia hanya ingin sendiri. Lihatlah, kini Ayah Calvin berdiri di depan kolam renang villanya.
Ia menatap langit yang sama. Terpaku memandangi bintang yang bersinar paling terang. Bintang Sirius. Lalu teringat olehnya e-mail Jose yang belum sempat dijawab.
"Ayah, selubung itu apa? Ramalan itu apa? Penetrasi pikiran itu apa? Departemen itu apa?"
Seperti biasa, Jose menanyakan kata sulit dalam buku-buku yang dibacanya. Ayah Calvin akan menjawab tiap pertanyaan dengan sabar.
Tak pernah Ayah Calvin bersikap kasar pada Jose. Dia selalu memperlakukan Jose dengan lembut dan penuh kasih sayang. Cukup dirinya saja yang mengalami kekasaran dari keluarga. Jangan sampai Jose mengalaminya juga.
Sejak dulu, Ayah Calvin memang beda dari anggota keluarganya yang lain. Ayah Calvin bertubuh tinggi dan tegap. Wajah aristokratnya begitu tampan. Mata sipitnya bening menenangkan. Penampilannya elegan dan berwibawa. Pembawaannya lembut dan tenang, walau ia penyendiri. Ayah Calvin suka memberi hadiah mahal untuk orang-orang yang dicintainya.
Ketika keluarga besar memukul tangan pelayan yang tak sengaja memecahkan pajangan kristal mahal, Ayah Calvin mengompres luka memar bekas pukulannya. Waktu salah satu sepupunya membawa calon istrinya yang berkulit coklat dan bermata besar, Ayah Calvin satu-satunya yang tetap ramah.Â
Keluarga besar membuang muka. Saat keluarga besar ramai-ramai minum arak dan makan daging babi, Ayah Calvin hanya minum jus dan menolak makan.
Puncaknya,, Ayah Calvin pergi dari rumah saat berusia 16 tahun. Ia tak tahan dengan keluarga besar. Selama terasing dari keluarganya, Ayah Calvin sibuk melayani anak-anak terlantar. Hingga akhirnya dia berhasil mendirikan yayasan pendidikan.
Yayasan pendidikan itu baru sempat membangun dua sekolah ketika Ayah Calvin dipaksa kembali ke rumah. Dugaannya keliru. Sikap arogan keluarga besar tetap bertahan.Â