"Iya betul. Tapi, cara melawannya harus baik. Lawan dengan kebaikan."
Rentetan dialog menegangkan di ruang kepala sekolah tadi siang terus terngiang. Rasa bersalah menghantam hati Jose. Adi makin sering menghina Jose sejak ia kalah di pemilihan ketua kelas dan audisi kontes menyanyi. Bisa saja Adi hanya ingin melampiaskan kemarahannya karena terus-menerus dikalahkan Jose.
Tapi, hari ini Adi sudah keterlaluan. Ayah Calvin dibawa-bawa. Jelas saja Jose marah.
Pintu kamarnya diketuk. Jose melangkah malas ke pintu, lalu membukanya.
"Gabriel, makan malam yuk. Mereka udah nunggu di bawah." Silvi menyapa ceria, mata birunya bercahaya.
"Mereka siapa?" tanya Jose bersemangat. Ia berharap Ayah Calvin sudah pulang.
"Pengasuh-pengasuh kamu, Paman Adica, sama Sharon."
Hatinya berangsur kecewa. Ada paman pengacara itu lagi. Jose menggeleng.
"Kenapa?"
"Aku nggak mau makan kalo nggak ada Ayah Calvin."
Silvi menarik nafas berat. Ditariknya tangan Jose ke balkon. Mereka menatap langit.