"Silvi...my Princess, aku percaya orang yang kehilangan penglihatan masih bisa menjadi model. Aku akan membantumu. Kau pasti bisa meraih impianmu."
Lembut, lembut sekali Calvin menenangkan Silvi. Pria berhati malaikat itu tak setengah-setengah. Demi Silvi, ia menyerahkan perusahaannya untuk diurus sepupunya. Kini Calvin memilih menjadi blogger dan trader. Agar lebih mudah untuk mensupport istrinya.
Dalam pelukan Calvin, Silvi menumpahkan kegalauannya. Kegalauan bertemu ketenangan. Kesedihan bertemu penghiburan. Ketidakrelaan bertemu keikhlasan. Kecantikan bertemu kelembutan. Manado Borgo bertemu Tionghoa. Kaukasoid bertemu oriental. Mata biru bertemu mata sipit. Gaun putih bertemu jas hitam. Silvi Tendean bertemu Calvin Wan.
Lelah menangis, Silvi tertidur. Calvin menggendongnya ke kamar. Membaringkan Silvi di ranjang, menyelimutinya, lembut mencium keningnya.
"Selamat tidur, Princess. Aku mencintaimu."
Jemari lentik Silvi mencengkeram tangan Calvin. Dalam tidurnya, ia mengigau.
"Calvin, jangan tinggalkan aku."
"Aku tidak akan pergi selama kau masih membutuhkanku."
Ditatapnya wajah Silvi lekat-lekat. Cantik, lebih dari sekedar cantik. Silvi adalah Princessnya Calvin. Seburuk apa pun tingkah Silvi, Calvin takkan meninggalkannya. Calvin akan terus mencintai Silvi hingga ia berhenti bernafas.
** Â Â
Malam melarut. Kamar tidur mewah bernuansa broken white itu sunyi. Tak bisa tidur, Calvin menikmati sepi. Menatap wajah cantik Silvi tak puas-puasnya.