"Calvin...Calvin, kamu dimana?"
Sudah berjam-jam malaikat tampan bermata sipitnya itu pergi. Hanya terapi dan menjenguk anak-anak, katanya. Mengapa lama sekali?
"Ya, Allah, jagalah Calvin. Lindungi dia, peluklah dia dengan cahaya cintaMu. Jangan hilangkan dia. Aku butuh Calvin..."
Doa itu terlontar begitu saja. Sepotong doa yang selalu terucap kala pria pendamping hidupnya itu lama tak berada di sisinya.
Cuaca makin buruk. Hujan deras mengguyur perbukitan. Diikuti gempita petir memecah langit. Gaun putih si wanita cantik membasah. Ia meenekapkan tangan di dada. Kristal bening berhamburan dari mata birunya.
"Calvin, kamu dimana?" isaknya putus asa.
"Aku di sini, Silvi."
Sebuah suara bass bertimbre berat tapi empuk merobek tirai kesedihannya. Sepasang tangan hangat menyelimutkan syal ke tubuhnya. Silvi tergugu. Mengusap kasar air matanya.
"Dari mana saja kau?! Tidak usah pulang saja sekalian!" bentak Silvi.
Calvin tersenyum sabar. "Seperti yang kukatakan tadi pagi, Princess."
"Berhenti memanggilku seperti itu!"