"Nope. You're still my Princess, today and forever."
Silvi tertunduk dalam. Sedih, marah, dan takut mengguncang perasaannya.
Anak-anak listrik di langit sana menyemburkan kilatan. Silvi gemetar ketakutan. Calvin memeluknya.
"Lepaskan aku! Lepas!" Wanita Manado Borgo itu berteriak.
Pelukan Calvin begitu lembut dan hangat. Wangi khas Calvin terhirup di hidung Silvi. Sejak dulu, wangi tubuh Calvin tak pernah berubah: Blue Seduction Antonio Banderas.
"Aku akan tetap memeluk putri cantik yang takut petir ini sampai ia tenang."
Calvin, sungguh hanya Calvin yang memahami Silvi. Dia memahami tanpa menghakimi.
Sejurus kemudian, Silvi mencakar tangan Calvin. Kuku lancip berkuteks merahnya terhujam, menimbulkan luka kecil. Ia belum puas. Ia menampar pipi pria yang telah menjaganya selama beberapa tahun itu. Memar kebiruan tercetak mulus di sana.
"Lukai aku, asal jangan lukai dirimu sendiri." ujar Calvin pelan. Ia ikhlas, amat ikhlas dilukai istrinya.
"Dimana kamu saat pertama kali aku buta, Calvin Wan?! Dimana kau saat kontrakku diputus agency itu! Kau tak sedikit pun memberikan waktu untukku!"
Wanita yang lahir di awal musim gugur itu terisak. Ia histeris, kehilangan kontrol diri, dan melukai Calvin. Sakit hatinya, frustrasi jiwanya, putus asa hidupnya karena dikurung kegelapan.