Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[3 Pria, 3 Cinta, 3 Luka] Pater, Saya Mencintai Seorang Muslim

19 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 19 Februari 2019   06:15 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biarlah, biarlah ia menghadapinya sendirian. Tak ada yang tahu Calvin terbaring di rumah sakit setelah bone marrow puncture. Benarkah tak ada yang tahu?

Antara tertidur dan terjaga, Calvin mendengar derit pintu. Disusul langkah tergesa, helaan nafas cepat, dan bisikan tertahan. Siapakah itu? Malaikat mautkah? Apa sudah tiba waktunya? Jangan, jangan sekarang.

"Abi lihat sendiri kan? Sosok yang Abi bangga-banggakan."

Sensasi rasa sakit ini melemparkannya dalam delusi. Bagaimana mungkin malaikat maut memakai suara barithon Adica? Calvin terlalu lemah untuk bangun dan memastikan siapa yang datang.

"Dia hanya penipu. Laki-laki bodoh yang memaksa diri merawat Abi, padahal kondisinya sangat parah."

"Dia bukan penipu, Adica."

"Orang yang berpura-pura menjadi Muslim, apakah itu bukan penipu?"

Dalam kondisi setengah sadar, perkataan Adica menembus otak dan hatinya. Mengirimkan sinyal rasa sakit. Ada malaikat yang sakit raga dan hatinya, apakah Allah dan para malaikatNya di langit berdiam diri?

"Apa pun yang kaukatakan, Abi tetap menyayangi Calvin. Seperti Abi menyayangimu."

Terdengar bunyi ketukan tongkat. Kian dekat, kian dekat, kian dekat. Ya, Allah, apakah malaikat maut bertongkat? Tega sekali ia menyaru sebagai Abi Assegaf. Hati Calvin dicengkeram ketakutan. Ia takut, takut pasir waktunya telah habis.

Menit berikutnya, Calvin merasakan pelukan hangat. Bukan, ini bukan pelukan Izrail. Ini pelukan seorang ayah yang mengharapkan kesembuhan anaknya. Sungguh, pelukan yang menguatkan. Air mata siapa ini? Jelas bukan air matanya. Kristal bening pecah, malaikat menemukan sepercik kekuatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun