Tiada kata akhir untuk pintu harapan ini
Tak kulepas semua mimpi indah kita
Walau itu semua pudar
Bagai debu yang tersebar
Hanya diam meratapi mimpi (Isyana Sarasvati-Mimpi).
** Â Â
Bertemanlah dengan rasa sakit, begitu pesan mendiang Mamanya. Karena pesan motivasi itu, Calvin lebih kuat menjalani segala cobaan hidup. Ia jarang sekali mengeluh. Sejak kecil ditimpa banyak ujian, Calvin mampu melewatinya dengan tegar.
Namun, ketegaran pun berbatas. Ada kalanya deraan kesakitan hidup melebihi batas ketegaran. Bentuk deraan yang meruntuhkan batas ketegarannya kali ini adalah bone marrow puncture.
Satu jam tes sumsum tulang di bagian sternum (tulang dada). Rasa sakit yang ditinggalkannya berjam-jam. Bagian yang diambil sampel tulangnya membengkak. Terjadi infeksi dan perdarahan.
Tak kuat menahannya, Calvin berteriak kesakitan. Sakit ini, darah ini, sempurna melemahkannya. Calvin merasakan sakit ini melebihi kemoterapi dan rasa sakit lainnya.
Puluhan paku tajam serasa memenuhi ranjang putih yang ditidurinya. Mengapa harus sesakit ini? Apakah proses pengambilan nyawa sama sakitnya? Mungkinkah kematian bisa menutup rasa sakit?