Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[3 Pria, 3 Cinta, 3 Luka] Dilema Seorang "Caregiver"

18 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 18 Februari 2019   09:19 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertengkaran mereka membangunkan Abi Assegaf. Susah payah ia mengambil tongkatnya, keluar dari master suite, lalu turun tangga. Melihat Abi Assegaf turun sendiri, Adica dan Calvin berlari ke arahnya. Mereka adu cepat, seakan bersaing menunjukkan siapa yang paling berbakti.

Kaki Calvin lebih panjang, tubuhnya lebih tinggi dari Adica. Keuntungan menjadi atlet basket. Ia menang. Dipapahnya Abi Assegaf ke sofa. Adica minggir ke sudut ruangan, memaki-maki diri sendiri.

"Jangan tinggalkan Abi..." pinta Abi Assegaf dalam bisikan.

**    

-Semesta Tuan Effendi-

Lampu mercusuar berpendar. Kerlap-kerlip lampu kapal barang menyemarakkan laut yang gelap. Gelombang meninggi. Butir-butir pasir menjerit tertimpa ombak.

Malam membubung. Pasang naik, bulan purnama membulat sempurna di langit. Suasana laut sedang buruk, seburuk suasana hati Tuan Effendi.

Galau milik siapa saja. Termasuk warga senior. Bukan milenials saja yang rentan terpapar virus galau tingkat akut. Demi menghalau galau, Tuan Effendi menyendiri di tepi laut.

"Aku temani, Pa."

Sebuah suara bass diikuti wangi Blue Seduction Antonio Banderas menyergap. Tanpa menoleh pun, Tuan Effendi pun tahu. Calvin telah berada di sisinya.

"My Dear Calvin, kapan kau akan mengambil keputusan? Waktunya tak banyak lagi. Kankermu terus bermetastasis. Papa juga harus kembali ke Aussie."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun