Tak lama, Tuan Effendi melangkah ke lift. Ia ingin melihat-lihat penthouse yang akan dibelinya. Lift kosong. Ditekannya tombol 33. Benda stainless itu berguncang naik, menggelitik dasar perutnya. Sedikit horor saat naik lift sendirian.
Ting
Pintu lift terbuka di lantai 12. Seorang pemuda berkemeja hitam masuk. Sedetik. Tiga detik. Lima detik, Tuan Effendi mengenalinya. Ya, Tuhan, pemuda tampan itu...pemuda berkulit putih dan bermata sipit yang mencuri perhatiannya. Wajah pemuda itu masih terpatri di benaknya.
"Selamat pagi," sapa pemuda itu ramah.
"Pagi." balas Tuan Effendi, suaranya sedikit bergetar.
"Anda yang waktu itu ketemu di pantai, kan? Yang menabrak Abi Assegaf?"
Tuan Effendi mengangguk antusias. Ternyata si pemuda masih ingat.
"Kamu tinggal di sini juga?"
"Iya. Saya tinggal di lantai 27. Anda mau ke lantai 33?"
"Betul. Kamu mau kemana, Nak?"
"Saya mau ke lantai dasar, tapi Anda dulu sajalah. Saya bisa menunggu."