Abi Assegaf meraih iPhone. Ia menelepon asistennya. Dimintanya sang asisten mengirimkan satu set perhiasan emas dan berlian ke rumah Adeline.
** Â Â
-Semesta Tuan Effendi-
Resepsionis petit berambut gelap di balik meja melipat dahi. Pagi-pagi sekali, ia sudah didatangi tamu aneh. Seorang pria oriental mengaku dari Australia Barat tengah mencari anaknya.
"Saya bisa bantu," kata resepsionis itu santun.
"Tapi saya harus tahu siapa nama anak Anda."
Tuan Effendi menghela nafas. Menatap nanar langit-langit lobi. Sayang sekali, ia tidak tahu siapa nama anaknya. Profil yang diberikan rekan bisnisnya kurang lengkap.
"Saya tidak tahu..." desahnya pasrah.
"Bagaimana saya akan bantu kalau Anda tidak sebutkan namanya?"
Hening, sempurna hening. Keduanya membeku. Dipisahkan meja tinggi berlapis kayu dan kaca. Mereka terbentur pada ketidaktahuan.
Resepsionis itu tak habis pikir dengan tamunya. Bisa-bisanya dia mencari seseorang, tapi tak tahu namanya. Anak sendiri pula. Ayah macam apa itu? Bahkan, ayah zaman now yang terbiasa dengan gawai pun takkan melupakan nama anaknya.