Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Seksualitas Bidadari, "Body Shaming", Selibat, dan Tubuh yang Terhukum

14 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 14 Januari 2019   06:21 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka berempat meninggalkan kotak siaran. Di sebelah sofa, terlipat sebentuk kursi roda. Adica membuka lipatannya, lalu mengangkat tubuh Abi Assegaf ke kursi roda itu. Calvin mendorong kursi roda menyusuri lorong-lorong kantor Refrain Radio.

**    

Horor mendominasi ruang rapat. Jadd Hamid berdiri angkuh di podium. Rambut keperakannya tersisir rapi. Ia gunakan powernya sebagai komisaris utama untuk mengendalikan Refrain.

Lembar-lembar naskah dibalik. Empat meja panjang dipenuhi tumpukan naskah sandiwara radio. Semua peserta rapat sibuk mempelajari naskah sambil mendengarkan penjelasan sang komisaris.

"Pemeran utama," kata Jadd Hamid menggelegar, seperti pengkhotbah di puncak Bukit Golgota.

"Tidak akan jatuh ke tangan Zaki."

Belasan pasang mata terbelalak. Hanya Abi Assegaf yang tetap tenang. Adica sontak berdiri, menatap tajam kakeknya.

"Tidak bisa. Abi akan tetap terlibat dalam sandiwara radio ini."

Mata Jadd Hamid menyipit. Efek tanda merah bekas tekanan kacamata tunggalnya tertinggal di pipi keriput itu.

"Jangan membantahku, anak muda. Zaki takkan menjadi pemeran utama. Aku sudah punya penggantinya."

"Tak ada yang bisa menggantikan Abi Assegaf."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun