Mereka berempat meninggalkan kotak siaran. Di sebelah sofa, terlipat sebentuk kursi roda. Adica membuka lipatannya, lalu mengangkat tubuh Abi Assegaf ke kursi roda itu. Calvin mendorong kursi roda menyusuri lorong-lorong kantor Refrain Radio.
** Â Â
Horor mendominasi ruang rapat. Jadd Hamid berdiri angkuh di podium. Rambut keperakannya tersisir rapi. Ia gunakan powernya sebagai komisaris utama untuk mengendalikan Refrain.
Lembar-lembar naskah dibalik. Empat meja panjang dipenuhi tumpukan naskah sandiwara radio. Semua peserta rapat sibuk mempelajari naskah sambil mendengarkan penjelasan sang komisaris.
"Pemeran utama," kata Jadd Hamid menggelegar, seperti pengkhotbah di puncak Bukit Golgota.
"Tidak akan jatuh ke tangan Zaki."
Belasan pasang mata terbelalak. Hanya Abi Assegaf yang tetap tenang. Adica sontak berdiri, menatap tajam kakeknya.
"Tidak bisa. Abi akan tetap terlibat dalam sandiwara radio ini."
Mata Jadd Hamid menyipit. Efek tanda merah bekas tekanan kacamata tunggalnya tertinggal di pipi keriput itu.
"Jangan membantahku, anak muda. Zaki takkan menjadi pemeran utama. Aku sudah punya penggantinya."
"Tak ada yang bisa menggantikan Abi Assegaf."