"Abi masih kuat bersiaran sendiri. Tak perlu ditemani." ujar Abi Assegaf pelan.
"Kami tahu Abi kuat. Tapi...kami tak bisa meninggalkan Abi sendirian."
Perkataan lembut Adica membuat Abi Assegaf terenyak. Anak lelakinya itu lembut sekali bila berhadapan dengannya. Terlebih sejak dirinya sakit.
"Maaf, Abi. Aku baru kembali. Aku percaya, Adica dan Calvin lebih dari mampu menjaga Abi." kata Revan halus.
"Abi kuat, Revan. Dijaga dan ditemani full time seperti ini malah membuat Abi sedih."
Dan ia benar-benar sedih. Calvin, Revan, dan Adica bertukar pandang. Tenang, ini hanya perbedaan persepsi. Abi Assegaf belum menyamakan persepsi dengan mereka bertiga.
Staf wanita datang. Ia mengabarkan kedatangan Jadd Hamid. Atmosfer ketegangan melingkupi kotak siaran. Adica, Revan, dan Calvin resah. Anehnya, Abi Assegaf tetap tenang. Bahkan terkesan pasrah.
"Mau apa lagi kakekmu datang ke sini, Adica?" Revan menanyai violinis itu.
Walaupun tak pernah bertemu, Revan tahu siapa Jadd Hamid. Horor penebar luka dalam kehidupan Abi Assegaf.
"Urusan megaproyek Refrain. Sandiwara radio berjaringan nasional itu." sahut Adica.
Jeda lagu dan filler usai. Abi Assegaf kembali naik siaran. Tenang, ringan, seolah tanpa beban.