Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Seksualitas Bidadari, "Body Shaming", Selibat, dan Tubuh yang Terhukum

14 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 14 Januari 2019   06:21 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Abi masih kuat bersiaran sendiri. Tak perlu ditemani." ujar Abi Assegaf pelan.

"Kami tahu Abi kuat. Tapi...kami tak bisa meninggalkan Abi sendirian."

Perkataan lembut Adica membuat Abi Assegaf terenyak. Anak lelakinya itu lembut sekali bila berhadapan dengannya. Terlebih sejak dirinya sakit.

"Maaf, Abi. Aku baru kembali. Aku percaya, Adica dan Calvin lebih dari mampu menjaga Abi." kata Revan halus.

"Abi kuat, Revan. Dijaga dan ditemani full time seperti ini malah membuat Abi sedih."

Dan ia benar-benar sedih. Calvin, Revan, dan Adica bertukar pandang. Tenang, ini hanya perbedaan persepsi. Abi Assegaf belum menyamakan persepsi dengan mereka bertiga.

Staf wanita datang. Ia mengabarkan kedatangan Jadd Hamid. Atmosfer ketegangan melingkupi kotak siaran. Adica, Revan, dan Calvin resah. Anehnya, Abi Assegaf tetap tenang. Bahkan terkesan pasrah.

"Mau apa lagi kakekmu datang ke sini, Adica?" Revan menanyai violinis itu.

Walaupun tak pernah bertemu, Revan tahu siapa Jadd Hamid. Horor penebar luka dalam kehidupan Abi Assegaf.

"Urusan megaproyek Refrain. Sandiwara radio berjaringan nasional itu." sahut Adica.

Jeda lagu dan filler usai. Abi Assegaf kembali naik siaran. Tenang, ringan, seolah tanpa beban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun