"Berani menjadikan Abi Assegaf korban body shaming lagi...kalian sama saja menghina ciptaan Tuhan."
"Tuhan tidak tidur, Revan. Ia tahu, Ia mencatat perbuatan baikmu. So, kenapa tidak kaunikahi saja bidadari itu?" Calvin bertanya-tanya.
Revan menggeleng. Menggamit tangan Calvin ke area parkir. Dari pada hidup menikah, pria Manado Borgo itu lebih memilih selibat.
"Saya juga dengar itu...ketika kalian membully Abi tentang pernikahannya yang sangat terlambat." kata Adica tajam.
Dua oknum pelaku body shaming itu tertunduk. Lumer juga nyali mereka menghadapi calon penerus Refrain Radio.
"Jangan pernah menghina Abi lagi. Kalau tidak, kalian akan menyesal."
Setelah melempar kata-kata itu, Adica memutar tubuh. Ia melangkah cepat memasuki kotak siaran.
** Â Â Â
Apa yang salah dengan tubuh ini? Tubuh ini bagai terhukum. Tidak, tidak. Ditepisnya pikiran negatif dari kepalanya. Kanker paru-paru stadium lanjut bukanlah hukuman.
Allah tidak membiarkan Abi Assegaf sendirian. Pintu kaca bergeser terbuka. Calvin, Revan, dan Adica mendekat. Duduk di kanan-kirinya.
Mata Abi Assegaf bertabrakan dengan dua pasang mata sipit Adica dan Calvin. Lalu sepasang mata biru Revan. Ia tatap ketiga pria tampan itu nanar.