"Pendengar, kali ini saya ingin berbagi pada Anda tentang esensi kesuksesan. Ada sebuah quotes yang bagus sekali dari Jim Rohn. Success is doing ordinary things extraordinarily well. Sukses itu sederhana. Hanya melakukan hal biasa secara luar biasa, dan sebaik mungkin. Sukses itu, mengubah sesuatu yang biasa jadi luar biasa."
Bukan sekedar quotes. Konten siaran segmen ini lebih menginspirasi. Adica yakin seratus persen, Abinya sendiri yang menyiapkan bahan siaran inspiratif. Tanpa bantuan pengarah acara.
Mudah bagi Abi Assegaf memotivasi pendengarnya tentang kesuksesan. Tak lepas dari kariernya di dunia bisnis. Didukung intensitasnya mengisi seminar-seminar bisnis dan motivasi. Jam terbangnya cukup tinggi.
Malam menjemput senja. Rintik hujan tertumpah dari langit. Pukul tujuh malam, durasi siarannya selesai. Abi Assegaf bersiap bangkit dari kursi, tetapi kakinya terasa berat sekali untuk digerakkan.
"Abi, are you ok?" tanya Adica cemas.
Abi Assegaf merintih pelan. Sakit dan berat sekali untuk berdiri dan berjalan. Revan mengulurkan tangan.
"Ayo Revan bantu, Abi. Pelan-pelan..." tawarnya lembut.
Berbulan-bulan merawat Calvin menjadi bekal ilmu untuk Revan. Dia terbiasa menghadapi penyintas kanker. Sel-sel kanker telah bermetastasis ke tulang dan anggota gerak. Jelas saja Abi Assegaf mulai kehilangan fungsi motoriknya.
Wanita mana pun yang melihat Revan pasti meleleh. Ironisnya, pria secharming itu enggan menikah. Lihatlah, ia menolong dengan sabar. Caranya memperlakukan Abi Assegaf begitu sabar dan lembut.
Spontan Adica dan Calvin saling tatap. Malu mereka pada pria blasteran Minahasa-Portugis-Turki itu. Rasanya mereka kalah lembut dibandingkan Revan.
Rasa iri naik ke hati. Iri atas kebaikan, kelembutan, dan kesabaran orang lain sepantaran mereka. Tekad menjamah hati Adica dan Calvin. Lembut dan sabar itu harus dilatih setiap waktu.