Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Langit Seputih Mutiara] Pasangan Penyintas Kanker, Tsunami, dan Rinai Air Mata

26 Desember 2018   06:00 Diperbarui: 26 Desember 2018   07:09 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Biar kupanggil dokter."

Sasmita menekan bel. Abi Assegaf sulit bernafas. Volume oksigen pada tabung dinaikkan. Tak banyak membantu. Tetap saja Abi Assegaf merasakan sesak.

Syifa menahan nafas. Hatinya sangat terpukul. Bagaimana tidak, dia melihat mayat dimana-mana. Peserta gathering yang tadi tersenyum bahagia, kini telah mati.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un..." lirih Syifa. Bibirnya tak henti mendaraskan doa untuk mayat-mayat itu.

Ia masih punya kekuatan. Ia pasti bisa. Memaksakan kedua kakinya bekerja, Syifa berlari sekencang-kencangnya meninggalkan tepi pantai. Sering kali ia bertabrakan dengan orang-orang pesisir. Melihat putri tunggal Abi Assegaf menangis, segera saja mereka memberi bantuan.

Bantuan oksigen tak ada artinya. Kepanikan menebar. Adica bahkan sempat berpikir untuk memindahkan Abinya ke ruang ICU. Di saat keadaan genting, dering iPhone mengalihkan atensi.

"Berikan...padaku...Deddy." pinta Abi Assegaf saat Deddy berinisiatif menjawab panggilan telepon di iPhonenya.

My Princess Asyifa, nama dan foto kontak berpendar di layar. Tanpa ragu, Abi Assegaf menggeser ikon 'answer'.

Semenit. Dua menit. Tiga menit, wajah Abi Assegaf sepucat Kayako Saeki dalam film Ju-On. Arlita, Adica, dan Deddy memegang tangannya.

"Ada apa, Assegaf?"

"Kita harus pulang sekarang." kata Abi Assegaf dengan suara pelan tapi tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun