Tak usah ditangisi (Seventeen-Jalan Terbaik).
Rasa rindu mengudara. Balon-balon rindu pecah. Adica dan Calvin terenyuh. Arlita teringat Abi Assegaf. Suami tampannya yang kini berjuang melawan kanker paru-paru. Abi Assegaf menderita penyakit yang sama dengan mendiang Karina Lin, istri Deddy. Dokter Tian menghempas nafas berat. Terkenang almarhum putra tunggalnya yang menyerah ditekan Leukemia. Revan dan Silvi berpegangan tangan. Mereka sudah tahu kisah cinta Deddy Riantama-Karina Lin. Sasmita meneguk minumannya banyak-banyak, lalu tersedak.
"Deddy, Arlita, bagaimana rasanya punya pasangan penyintas kanker?" Sasmita menanyai Deddy dan Arlita.
Mereka berdua bertatapan. Sulit, sangat sulit menjawabnya. Butuh berhari-hari untuk mengisahkan bagaimana menjadi pasangan penyintas kanker.
"Prinsipku, aku harus kuat bila ingin menguatkan Assegaf." jawab Arlita.
Deddy menghela nafas panjang. Wajah Karina Lin menari-nari di dalam pikiran.
"Aku tak pernah sanggup membiarkan Karin kemoterapi sendirian." sahutnya muram.
Andai Deddy bisa. Andai Deddy mampu. Ingin sekali ia memutar waktu, lalu memberikan paru-parunya untuk Karin. Agar mantan penari itu dapat hidup lebih lama.
Deddy suami setia. Arlita istri tulus dan tangguh. Allah percaya pada mereka. Sehingga Ia tak ragu menitipkan pasangan penderita kanker untuk mereka rawat dan cintai.
"Deddy, terpikirkah olehmu untuk menikah lagi?" Ganti Dokter Tian yang bertanya.
"Nope. Karin tak akan terganti."